REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Ciputra Development Tbk (CTRA) menyebut pasar properti di Indonesia mengalami perlambatan dalam tiga tahun terakhir ini. Hal ini disebabkan faktor domestik seperti gelojak nilai tukar, kenaikan suku bunga dan terakhir faktor pemilu.
Direktur Independen CTRA Tulus Santoso mengatakan pelonggaran kebijakan moneter yang dilakukan Bank Indonesia belum memberikan dampak secara signifikan terhadap pasar properti. Apalagi, pelonggaran ini dirasa masih cukup baru dilakukan bank sentral.
“Sudah melambat tiga tahun terakhir. Kebijakan dari Bank Indonesia belum berefek. Penyebabnya juga tahun lalu kenaikan suku bunga, penekanan kurs meski secara sudah berangsur baik,” ujarnya ketika dihubungi Republika.co.id, Selasa (13/8).
Kendati demikian, dia menyakini pasar properti akan mengalami kenaikan hingga akhir tahun ini. Hal ini didukung oleh pelonggaran kebijakan Bank Indonesia yang menurunkan suku bunga acuannya.
“Memang harus lebih diberikan stimulus perekonomian untuk mendukung properti,” ucapnya.
Sementara Konsultan Properti Colliers International menyoroti dampak perang dagang Amerika Serikat dan China yang diperkirakan memberikan dampak pada bisnis properti dan bisnis sewa perkantoran di Asia. Direktur Eksekutif Riset Colliers Andrew Haskins menambahkan perang dagang tersebut akan berdampak panjang terhadap investasi real estate.
“Meskipun ada minat baru-baru ini dari Singapura dan ibu kota Korea Selatan di pasar properti global, ketegangan tampaknya membebani modal Asia ke global, dan global ke Asia,” ucapnya.
Berdasarkan kajian Colliers, aliran modal untuk sektor properti baik dari Asia ke global maupun global ke Asia diperkirakan bakal stagnan. Akan tetapi, aliran modal untuk sektor properti dari sesama negara di kawasan Asia diprediksi akan menguat.
Direktur Pelaksana Jasa Perkantoran Colliers International Asia Sam Harvey Jines menyatakan sejumlah properti perkantoran yang bakal terdampak antara lain di Shanghai, Beijing dan Hong Kong.
“Jika perang dagang berlanjut, Hong Kong mungkin akan kehilangan pasar ketimbang kota-kota lain di daratan China,” ucapnya.