REPUBLIKA.CO.ID. JAKARTA -- TNI Angkatan Darat (AD) mempertahankan dan memastikan Enzo Zens Allie tetap melanjutkan pendidikan di Akademi Militer (Akmil). Keputusan itu diambil setelah pihak TNI melakukan penilaian indeks moderasi bernegara terhadap taruna keturunan Prancis tersebut.
“Kesimpulannya, Enzo dilihat dari indeks moderasi bernegara itu ternyata kalau dikonversi jadi persentase itu 84 persen atau nilainya di situ adalah 5,9 dari maksimal tujuh,” kata Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Andika Perkasa di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Selasa (13/8).
Penilaian itu dilakukan tidak hanya terhadap Enzo, tetapi juga terhadap beberapa taruna lainnya. “Karena itu angkatan darat memutuskan mempertahankan Enzo dan semua taruna akmil yang kami terima beberapa waktu lalu sebanyak 364,” ujar dia.
TNI sebelumnya menyatakan mendalami informasi yang menyebut Enzo simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Nama Enzo menjadi sorotan publik saat perbincangan dirinya dengan Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto dengan menggunakan bahasa asing viral. Diketahui perbincangan itu terjadi kala panglima memanggil Enzo saat ujian akhir memasuki Akmil di Magelang.
Enzo lahir di Bandung pada 2001 yang merupakan keturunan Prancis dari darah ayahnya. Sementara, ibunya warga negara Indonesia yang berasal dari Sumatra Utara.
Andika mengatakan, penilaian terhadap Enzo dan taruna Akmil lainnya akan terus dilakukan selama mereka menempuh pendidikan. Sebelum ada kasus ini, TNI sudah mengeluarkan 15 taruna dalam kurun waktu lima tahun terakhir. “Penilaian terhadap calon (perwira) pada masa pendidikan dan karena tahap pendidikannya yang diikuti Enzo ini selama empat tahun, maka selama empat tahun itu pula penilaian berlaku,” kata dia.
Sebanyak 15 taruna dikeluarkan, lanjut Andika, karena berbagai alasan. Pada 2014, ada tiga taruna Akmil yang dikeluarkan sebelum mereka dilantik menjadi perwira TNI AD. Ada yang pada tahun kedua, ada juga yang pada tahun ketiga.
“Kami keluarkan karena berbagai alasan. Ada yang karena kesehatannya. Ada yang mereka tidak bisa mengikuti standar. Ada yang karena jasmaninya dan ada yang karena mental ideologinya,” kata Andika.
Andika meminta orang-orang di sekitar Enzo membantu yang bersangkutan menempuh perjalanan untuk menjadi perwira TNI. Untuk itu, mereka diminta tetap menjaga Enzo berada di jalur yang sesuai dengan kriteria seorang perwira TNI.
“Kami berharap orang tua, lingkungan dekat, adik-adik kita ini, taruna Akmil, dan semua orang yang menyayangi mereka untuk membantu, membantu mereka dalam perjalanannya ini,” ujar dia.
Bantuan itu diperlukan agar mereka dapat benar-benar menjadi perwira TNI AD. Perwira yang memang sesuai dengan harapan, yang dapat menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, dapat menjaga kehidupan beragama yang beragam, serta dapat menjunjung nilai-nilai kemanusiaan, keadilan, dan persatuan.
“Kami sebagai pendidik maupun organisasi pasti kami punya mekanisme untuk membina mental mereka, membentuk mereka, sehingga lama-kelamaan mereka semakin bagus. Namun, peran lingkungan dari adik-adik kita ini di rumah, di keluarga, juga sangat besar,” kata dia.
Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu tidak keberatan Enzo tetap dipertahankan sebagai taruna Akmil. Namun, dalam perjalanan pendidikan di Akmil, Enzo perlu membuktikan dirinya setia kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dan ideologi Pancasila.
“Kalau dia tetap mempertahankan khilafah dan yang lain-lain itu dia harus keluar, tidak ada tawar-menawar lagi. Pancasila harus nomor satu,” kata Ryamizard.
Kepala Staf Angkatan Darat (Kasad) Jenderal TNI Andika Perkasa saat memberikan keterangan terkait permasalahan taruna Akademi Militer (Akmil) Enzo Zenz Allie di Mabes TNI Angkatan Darat, Jakarta, Selasa (13/8).
Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PPP Arwani Thomafi meminta semua pihak memercayakan keputusan terkait dipertahankannya Enzo kepada TNI. “Keputusan TNI tentu memiliki pertimbangan saat menerima Enzo atau mempertahankannya,” kata Arwani.
Dia mengatakan, TNI AD pasti memiliki data dan analisis terkait informasi yang beredar di media sosial. Menurut dia, informasi media sosial tidak boleh serta-merta menjadi patokan untuk mengadili seseorang.
“Jangan sampai juga nasib seseorang diadili oleh netizen atau trial by netizen. Kita percaya TNI AD memiliki reputasi baik dan panjang dalam penyeleksian setiap prajuritnya,” kata Arwani.
Pengamat intelijen dan militer Ridwan Habib mengusulkan Enzo dijadikan sebagai duta taruna toleran TNI. “Sekalian saja Enzo sebagai contoh bahwa pemuda Islam itu cinta NKRI dan hormat pada presiden sebagai panglima tertinggi TNI,” ujar dia.
Menurut Ridwan, untuk menjawab kekhawatiran masyarakat di media sosial, TNI AD bisa menghadirkan ibu Enzo dan anaknya sebagai duta toleransi. “Kalau dilihat akun media sosialnya kan ada tulisan-tulisan yang seolah-olah anti-Jokowi. Enzo dan ibunya harus diingatkan bahwa Jokowi adalah panglima tertinggi TNI,” kata dia.
Enzo, menurut dia, juga bisa menjadi agen taruna toleran yang berkeliling ke basis-basis gerakan anak muda Islam yang tengah bersemangat dengan gerakan hijrah. Enzo, kata Ridwan, bisa jadi duta bahwa bendera merah putih itu membanggakan. Mempertahankan bendera merah putih, dia melanjutkan, juga tugas pemuda Islam.
“Enzo bisa dihadirkan untuk menyadarkan anak-anak muda bahwa Indonesia itu adalah negara final dan tidak perlu lagi mewacanakan khilafah karena NKRI juga mengandung nilai-nilai Islam,” kata dia.
n ronggo astungkoro/antara ed: mas alamil huda