REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peneliti militer dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS), Khairul Fahmi, menilai, TNI terkesan kecolongan dalam kasus taruna keturunan Prancis, Enzo Zens Allie sehingga berujung pada kegaduhan. Dirinya menyarankan, ada perbaikan mekanisme seleksi taruna yang menyasar penelitian jejak digital para calon taruna.
"Ya harus diakui bahwa ada kesan TNI kecolongan dalam kasus Enzo yang berujung kegaduhan. Artinya, saya melihat bahwa mekanisme seleksi belum menjangkau penelitian yang mendalam mengenai profil dan jejak digital si peserta seleksi," ujar Khairul ketika dikonfirmasi Republika, Rabu (14/8).
Dia melanjutkan, kasus Enzo ini menjadi sangat menarik masyarakat karena jejak digitalnya merekam foto-foto yang mengarah kepada dugaan dirinya simpatisan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Sebagaimana diketahui, organisasi tersebut telah dibubarkan pemerintah dan dinyatakan bertentangan dengan ideologi Pancasila.
Ke depannya, lanjut Khairul, TNI harus mengambil pelajaran dari kegaduhan kasus Enzo. Kemudian, TNI sebaiknya merumuskan mekanisme pemantauan aktivitas medsos para calon prajuritnya.
"Mekanisme pemantauan ini tanpa harus mempublikasikan. Kalau di masa lalu, penelitian khusus mental ideologi dilakukan terkait komunisme dan organisasi terlarang, nah sekarang cakupan penelitiannya ditambah dengan medsos," tegas Khairul.
Lebih lanjut, Khairul menyarankan agar perkembangan Enzo terus dipantau. Pengawasan lewat lembaga pendidikan militer akademi TNI menurutnya sudah ideal seiring proses pendidikan dan pelatihan taruna.
Di sana, kata dia, ada pola pengasuhan yang melibatkan unsur lembaga dan kakak tingkat yang melekat selama 24 jam. Khairul pun mengingatkan, bahwa kasus Enzo bukanlah akhir segalanya.
"Di akademi militer, setiap saat adalah proses seleksi. Yang sudah jadi taruna dan besok dilantik saja, hari ini masih mungkin dipecat jika melakukan kesalahan/pelanggaran. Jadi Enzo ini masih harus berproses panjang sebelum akhirnya benar-benar menjadi perwira TNI. Jika kita khawatir berlebihan, itu sama saja kita meragukan kemampuan TNI dalam menyiapkan mental ideologi para calon perwiranya," tambah Khairul.
Pada Selasa (13/8), TNI AD mengumumkan untuk mempertahankan dan memastikan Enzo Zens Allie tetap melanjutkan pendidikan di Akademi Militer (Akmil). Keputusan itu diambil setelah pihak TNI melakukan penilaian indeks moderasi bernegara terhadap taruna keturunan Prancis tersebut.
“Kesimpulannya, Enzo dilihat dari indeks moderasi bernegara itu ternyata kalau dikonversi jadi persentase itu 84 persen atau nilainya di situ adalah 5,9 dari maksimal tujuh,” kata Kepala Staf TNI AD (KSAD) Jenderal Andika Perkasa di Markas Besar TNI AD, Jakarta, Selasa (13/8).
Penilaian itu dilakukan tidak hanya terhadap Enzo, tetapi juga terhadap beberapa taruna lainnya. “Karena itu angkatan darat memutuskan mempertahankan Enzo dan semua taruna akmil yang kami terima beberapa waktu lalu sebanyak 364,” ujar dia.