REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) berupaya menarik berbagai dana investasi dengan produk-produk yang akan berasal dari bank investasi syariah. Direktur Bidang Hukum, Promosi dan Hubungan Eksternal KNKS, Taufiq Hidayat menyampaikan selama ini banyak dana-dana dari Timur Tengah yang berpotensi masuk Indonesia.
"Tapi di kita tidak ada instrumen investasi syariah yang menarik mereka, sehingga dananya tidak jadi masuk," kata Taufiq kepada wartawan di Kantor KNKS, Jakarta Selatan, Rabu (14/8).
Menurutnya, banyak dana-dana idle atau non aktif yang juga berasal dari domestik. Dana-dana tersebut, ungkapnya, menganggur dan berpotensi tergerus inflasi.
"Misal dana-dana ritel masyarakat yang disimpan dalam tabungan," ujar Taufiq. Padahal, kata Taufiq, jika diinvestasikan, selain menambah nilai tambah juga menumbuhkan sektor pasar modal.
Lebih lanjut Taufiq menuturkan dana-dana asing juga berpotensi masuk Indonesia jika instrumennya tepat. Sasaran targetnya saat ini dimulai dari Timur Tengah yang memiliki preferensi syariah.
Kedepannya, tidak menutup kemungkinan bagi investor umum karena instrumen syariah tidak terbatas pada satu kalangan. Taufiq mengatakan bank investasi ini kemudian dapat menjadi solusi bagi pemenuhan kebutuhan permodalan industri syariah.
Dalam upaya realisasinya, Taufiq mengatakan KNKS bekerja sama dengan Kementerian BUMN. "Apakah kita akan membentuk baru atau mengubah yang sudah ada, kita masih kaji," kata dia.
Saat ini, menurut dia, KNKS masih menginventarisir kendala atau tantangan yang ada untuk kemudian dibawa ke dewan pengarah. Meski jalan masih panjang tetap perlu ada dorongan karena skema permodalan menjadi harapan dari industri agar bisa berkembang.