REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyatakan tengah melakukan penyelidikan dan verifikasi terhadap temuan titik panas atau hotspot di lahan perusahaan (konsesi). Verifikasi tersebut dilakukan guna mengetahui apakah ada keterkaitan kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang berasal dari ulah perusahaan.
Direktur Pengendalian Karhutla KLHK Raffles Panjaitan menyampaikan, veirfikasi hotspot saat ini dilakukan di sejumlah wilayah antara lain Jambi, Riau, dan beberapa wilayah di Kalimantan. Sejumlah tim satuan tugas (satgas) karhutla, kata dia, tengah terjun ke lapangan untuk menindaklanjuti hal tersebut.
“Ini lagi on going process. Karena kan itu datanya harus diverifikasi. Apakah arealnya atau bukan, terus dilihat lagi sumber apinya siapa, kan kelihatan tuh dari forensiknya sumber apinya gimana,” kata Raffles saat dihubungi Republika.co.id, Rabu (14/8).
Untuk itu pihaknya belum dapat menegaskan apakah karhutla yang terjadi saat ini berasal dari areal konsesi atau bukan. Berdasarkan catatan KLHK, rekapitulasi hotspot secara nasional pada Januari-Juli 2019 sebesar 4.189 atau mengalami penurunan sebesar 88,93 persen jika dibandingkan tahun lalu sebanyak 732 titik.
Sedangkan luasan indikatif karhutla periode Januari-Mei 2019 mencapai 42.740 hektare. Luasan tersebut terdiri dari lahan mineral seluas 15.202 hektare dan lahan gambut seluas 27.538 hektare.
Terkait dengan ketersediaan helikopter dan alat pemadaman udara, pihaknya menegaskan pasokan helikopter sudah cukup memadai. Dia menyebut saat ini pemerintah telah mengalokasikan 46 unit helikopter yang dikhususkan untuk pemadaman karhutla di sejumlah wilayah.
“Tahun lalu helikopter kita cuma ada 38-40 unit, makanya buat antisipasi (pemadaman) kita sudah tambah,” ujarnya.
Dia juga menambahkan, hingga saat ini KLHK memastikan tidak akan ada satwa liar dari kawasan hutan yang lepas ke areal permukiman akibat karhutla. Menurutnya, saat ini lingkup KLHK juga tengah mendalami kasus keluarnya satwa liar harimau ke areal fasilitas minyak PT Chevron Pacific Indonesia, di Kabupaten Siak, Riau, pada (7/8) kemarin.