REUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Fakta baru mengapung dari peristiwa jatuhnya pesawat terbang yang ditumpangi Emiliano Sala di Selat Inggris pada Januari lalu. Sala sempat terpapar karbon monoksida sebelum pesawatnya terjun bebas ke dasar laut.
Pesepak bola berusia 28 tahun dan pilot David Ibbotson yang berusia 59 tahun secara mengenaskan jatuh di Selat Inggris pada 21 Januari. Saat itu, Sala tengah menuju Cardiff, Wales, dari Nantes, Prancis.
Tes toksikologi pada tubuh Sala menunjukkan kadar CO dalam darahnya sangat besar sehingga bisa menyebabkan kejang, tidak sadar atau serangan jantung. Itu, setelah sebelumnya keluarga Sala meminta harus ada pemeriksaan terperinci atas insiden jatuhnya pesawat tersebut.
"Keluarga dan tentunya masyarakat perlu tahu bagaimana karbon monoksida bisa masuk kabin," jelas pengacara Daniel Machover dilansir BBC Sport, Kamis (15/8).
Dalam laporan yang sama dari Badan Investigasi Kecelakaan Udara Inggris (AAIB), darah Sala memiliki tingkat COHb (Karbonsihemoglobin), yang terbentuk dalam sel darah merah setelah terkontak dengan karbon monoksida mencapai 58 persen. Pada level ini, orang yang terpapar bisa mendapatkan gejala seperti kejang, tidak sadarkan diri dan serangan jantung.
"Level COHb lebih dari 50 persen pada orang yang sehat umumnya dianggap berpotensi fatal," demikian pernyataan AAIB.
Sampai dengan saat ini, jasad pilot Ibbotson juga belum ditemukan. Tetapi, AAIB menambahkan apabila Ibbotson kuat dugaan juga terkena karbon monoksida yang sama.
AAIB menjelaskan pesawat bermesin piston seperti Piper Malibu yang terlibat dalam tabrakan menghasilkan karbon monoksida tingkat tinggi. Gas biasanya diangkut jauh dari pesawat melalui sistem pembuangan, tetapi kebocoran yang buruk ke sistem pemanas dan ventilasi dapat memungkinkannya masuk ke dalam kabin.