REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pemerintah menargetkan sinyal internet akan merata di seluruh Indonesia pada tahun 2020 mendatang. Pada tahun tersebut, wilayah-wilayah yang termasuk dalam 3T (Terdepan, Terluar dan Tertinggal) akan mendapatkan akses layanan internet setara dengan di Pulau Jawa. Penetrasi internet yang merata ini sangat penting untuk mengembangkan ekonomi digital yang sedang digalakkan pemerintah.
Badan Aksesibiltas dan Informasi (Bakti) Kementerian Kominfo menargetkan sebanyak 5.300 desa yang tersebar di seluruh Indonesia akan mendapatkan akses internet 4G di akhir 2020. Menurut Direktur Utama Bakti, Anang Latif, hingga pertengahan 2019 sebanyak 1.000 desa telah mendapatkan sinyal internet 4G di wilayah-wilayah mereka dan masyarakat disana sudah bisa menikmati akses internet setara dengan Pulau Jawa.
"Sampai akhir tahun ini kami targetkan 2.000 desa akan merdeka sinyal. Target akhir tahun 2020 seluruh Indonesia sudah Merdeka Sinyal," ujar Anang Latif pada Republika.co.id, Rabu (14/8).
Program Merdeka Sinyal 2020 dengan pembangunan base transceiver station (BTS) ini merupakan program yang dicanangkan untuk mendorong penetrasi internet ke pelosok-pelosok daerah. Namun ini bukan satu-satunya program yang dicanangkan untuk memperluas jaringan internet ke seluruh Indonesia.
Konstruksi Palapa Ring Timur, proyek infrastruktur telekomunikasi berupa pembangunan serat optik di seluruh Indonesia sepanjang 36.000 kilometer segera rampung pada September 2019 ini. Menteri Kominfo Rudiantara mengatakan, konstruksi Palapa Ring Timur akan selesai pada Agustus. Namun, diperlukan waktu sekitar 28 hari untuk stabilisasi dan integrasi.
Sejumlah santri dipandu guru agama belajar Alquran melalui komputer jinjing yang terhubung internet di Desa Yosorejo, Kecamatan Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, Rabu (7/8/2019).
Palapa Ring akan menghubungkan 514 kabupaten/kota di Nusantara dengan internet kecepatan tinggi. Sebelumnya Palapa Ring Barat telah beroperasi sejak Maret 2018, sedangkan Palapa Ring Tengah beroperasi mulai Maret 2019.
Dengan adanya Palapa Ring atau 'Tol Langit' sebagai jaringan backbone, operator telekomunikasi tinggal memanfaatkannya dengan menghubungkan jaringan mereka ke Palapa Ring. Dengan demikian, biaya yang dibutuhkan untuk operator telko dalam memperluas jaringan mereka akan menjadi lebih mudah dan murah.
Dirut Bakti Kominfo, Anang mengungkapkan, sebanyak 10 operator telekomunikasi telah menyatakan minat mereka untuk memanfaatkan Palapa Ring Timur. Sedangkan untuk Palapa Ring Barat dan Tengah, beberapa operator skala nasional telah memanfaatkannya.
"Ada sekitar 10 yang sudah menyatakan minat mereka. Mereka sedang survei dulu, karena mereka harus memastikan segmen mana yang akan mereka ambil," jelas Anang.
Kendati begitu, Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Heru Sutadi menyarankan agar pemerintah juga membangun jaringan backhaul dan jaringan akses untuk wilayah-wilayah yang dirasa memerlukan.
"Harus ada strategi bagaimana memasarkan jaringan ini agar dipakai operator telekomunikasi, network access provider (NAP) maupun internet service provider (ISP). Idealnya memang pemerintah juga membangun backhaul dan akses ke Palapa Ring," kata Heru.
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk merupakan salah satu operator telko yang telah memanfaatkan jaringan 'Tol Langit' ini. Vice President Corporate Communications Telkom Arif Prabowo mengatakan bahwa Telkom telah menggunakan jaringan Palapa Ring Barat (PRB) dan Palapa Ring Tengah (PRT) untuk menghubungkan end point (kota layanan Palapa Ring) ke area konsumen melalui infrastruktur lanjutan (lastmile) untuk selanjutnya trafik layanan tersebut akan dibawa ke titik interkoneksi Telkom.
Infrastruktur lanjutan (lastmile) yang dibangun Telkom menggunakan serat optik yang dirancang untuk dapat beroperasi secara teknologi membawa layanan pita lebar kepada para konsumen, yaitu ritel, UMKM, korporasi, pemerintah bahkan untuk jaringan penghubung BTS selular.
Proyek Palapa Ring pemerintah Indonesia.
"Infrastruktur lanjutan Telkom untuk Palapa Ring Barat telah beroperasi di seluruh 10 kota layanan dan akan beroperasi di seluruh 17 kota layanan di Palapa Ring Tengah," ujar Arif Prabowo.
Sementara itu, PT XL Axiata Tbk telah menyatakan minatnya untuk memanfaatkan Palapa Ring Timur demi memperluas jaringan data khususnya di luar Jawa. "Kami telah memanfaatkan Palapa Ring Barat, dan kami tertarik untuk memanfaatkan Palapa Ring Tengah dan Timur. Untuk Palapa Ring Tengah saat ini sedang dalam tahap instalasi di beberapa area," ujar Group Head Corporate Communications XL Axiata Tri Wahyuningsih.
Ekonomi Digital Tumbuh Pesat
Dengan selesainya mega proyek senilai Rp 7,7 triliun ini, masyarakat di Nusantara dapat menikmati akses internet berkecepatan tinggi. Sejalan dengan ini, pemerintah bercita-cita untuk menempatkan Indonesia sebagai negara Digital Economy terbesar di Asia Tenggara pada 2020.
Perkembangan ekonomi digital di Indonesia tidak terlepas dari pertumbuhan e-commerce dan teknologi finansial yang beberapa tahun belakang tumbuh pesat. Pasar e-commerce di Indonesia merupakan yang terbesar di Asia Tenggara dengan kontribusi lebih dari lima puluh persen untuk kawasan ini pada tahun 2018, menurut riset e-Conomy SEA 2018 dari Google dan Temasek. Dalam riset tersebut, ekonomi internet di Indonesia telah mencapai 72 miliar dolar AS atau sekitar Rp 1.000 triliun.
Meskipun ekonomi digital di Indonesia terus berkembang pesat, namun masih belum meratanya akses internet masih menjadi tantangan untuk Indonesia mencapai titik optimalnya dalam meningkatkan ekonomi berbasis digital. Berdasarkan hasil studi Asosiasi Pengguna Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada 2018 baru menyentuh angka 171,7 juta jiwa atau hanya sekitar 64,8 persen dari total jumlah penduduk yang mencapai lebih dari 250 juta.
Dari jumlah pengguna tersebut, industri e-commerce Indonesia dalam 10 tahun terakhir meningkat hingga 17 persen dengan total jumlah usaha e-commerce mencapai 26,2 juta unit, menurut data sensus Badan Pusat Statistik (BPS). Penetrasi internet yang semakin merata nantinya, diyakini dapat meningkatkan ekonomi digital secara signifikan.
"Signifikan. Bisa tumbuh dua kali lipat," kata Direktur Eksekutif Information and Communication Technology (ICT) Heru Sutadi.
Menurut Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira beberapa waktu lalu, struktur perekonomian Indonesia masih didominasi oleh usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang mencapai sekitar 63 juta unit usaha. Namun, masih banyak tantangan yang dihadapi pelaku UMKM untuk naik kelas. Penetrasi internet dan teknologi digital diharapkan dapat membantu sektor ini tumbuh lebih cepat.
Pedagang menunjukkan sejumlah produk yang dijual secara daring di Bandung, Jawa Barat, Rabu (31/10/18).
"Bermunculannya startup (e-commerce) dapat membantu usaha kecil dan ini merupakan peluang bagi UMKM untuk memperluas akses pasar," kata Bhima.
Setelah penyediaan infrastruktur jaringan internet, hal yang selanjutnya perlu dilakukan adalah literasi digital kepada masyarakat. Masyarakat di pelosok yang sebelumnya tidak mengenal internet harus diberikan pemahaman mengenai pentingnya jaringan ini untuk peningkatan ekonomi dan kesejahteraan mereka.
Literasi digital tersebut telah dilakukan terlebih dahulu oleh pemain-pemain e-commerce besar, menurut Ketua Indonesia E-commerce Association (Idea) Ignatius Untung. Biaya sosialisasi dan literasi yang besar menjadi tantangan bagi e-commerce kecil, sehingga penetrasi pemain besar dinilai sangat membantu literasi digital secara keseluruhan.
"Dengan itu otomatis ada early adaptor-nya. Biar pemain kecil ikut di belakang, jadi tidak keluar biaya untuk edukasi market," ujar Untung. Penetrasi jaringan internet serta pemain besar e-commerce ke daerah diyakini dapat semakin meningkatkan sektor UMKM dan mendorong pertumbuhan ekonomi digital.