Kamis 15 Aug 2019 17:01 WIB

Perjuangan Pesepak Bola Wanita Tuntut Kesetaraan Gaji

Wanita sejauh ini dianggap belum datangkan banyak pendapatan bagi bisnis olahraga.

Rep: Eko Supriyadi/ Red: Endro Yuwanto
Para pemain tim sepak bola wanita Amerika Serikat meluapkan kegembiraan usai memastikan juara Piala Dunia Wanita 2019.
Foto: EPA-EFE/IAN LANGSDON
Para pemain tim sepak bola wanita Amerika Serikat meluapkan kegembiraan usai memastikan juara Piala Dunia Wanita 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, ATLANTA -- Para pemain sepak bola wanita Amerika Serikat (AS), dipimpin Megan Rapinoe, Carli Lloyd, dan Alex Morgan, menuntut kesetaraan gaji dengan pemain sepak bola pria. Mereka menyatakan, selama ini pesepak bola wanita digaji lebih rendah dari pria meskipun tampil lebih baik.

Pesepak bola wanita itu juga membandingkan uang hadiah untuk Piala Dunia Wanita. Meskipun Piala Dunia Wanita 2019 diberikan hadiah dua kali lipat menjadi 30 juta dolar AS, masih jauh lebih rendah dibandingkan hadian Piala Dunia Pria sebesar 448 juta dolar AS tahun lalu.

Asosiasi Sepak Bola Kerajaan Belanda telah berjanji untuk membayar jumlah gaji yang sama untuk tim putra dan putri mereka. Para wanita akan menerima kenaikan tahunan sampai tahun 2023.

Para pesepak bola wanita AS menggugat Federasi Sepak bola AS pada Maret lalu, dengan alasan bahwa upah dan kondisi kerja mereka terindikasi diskriminasi gender. Segera setelah kemenangan AS dalam Piala Dunia wanita, undang-undang baru diperkenalkan di Senat dan DPR AS, yang mensyaratkan USSF membayar pemain di tim nasional wanita dan pria AS dengan jumlah yang sama.

Namun, upaya Rapinoe dkk mendapatkan perlawanan. Pekan lalu, Federasi Sepak Bola AS menyewa jasa dua perusahaan lobi untuk melawan klaim penggawa tim nasional AS tersebut.

Penolakan kesetaraan gaji itu juga diungkapkan oleh manajer Atlanta United Frank de Boer. Dia mengatakan, tidak masuk akal gaji pemain sepak bola untuk pria dan wanita atau olahraga seperti tenis disamaratakan. Karena baginya, wanita tidak mendatangkan banyak pendapatan bagi bisnis olahraga. Menurutnya, final Piala Dunia Pria bisa disaksikan oleh 500 juta orang. Sementara, final Piala Dunia Wanita disaksikan sekitar 100 juta orang.

''Jadi tidak sama. Dan tentu saja mereka harus dibayar sesuai dengan apa yang pantas mereka (dapatkan) dan tidak kurang,'' ujar De Boer dikutip dari ESPN, Rabu (14/8).

Menurut De Boer, jika sepak bola wanita sudah sama populernya dengan sepak bola pria, maka kesetaraan gaji akan mungkin terwujud. Sebab, pendapatan dari iklan juga akan meningkat. Ia menilai, tuntutan kesamaan gaji dimulai karena seorang wanita mendapatkan bayaran rendah, terutama di posisi manajerial.

De Boer menjelaskan, jika seseorang memiliki posisi manajer untuk bank atau perusahaan lainnya, mereka akan mendapatkan gaji yang sama dengan laki-laki karena posisi itu tidak butuh peran fisik.

''Hanya di sini (menunjuk ke kepala), jadi mengapa Anda harus mendapat lebih sedikit, karena Anda melakukan pekerjaan yang sama dengan seorang pria? Saya pikir itu juga berlaku di dunia olahraga, seperti tenis dan sepak bola. Jadi mengapa mereka harus mendapatkan yang sama? Saya pikir itu konyol. Saya tidak mengerti itu,'' kata pelatih asal Belanda tersebut.

Padahal, menurut laporan Nielsen, final Piala Dunia Wanita 2019 menarik 22 persen penonton lebih banyak di Amerika Serikat dibandingkan final Piala Dunia Pria 2018. Itu karena tim nasional pria AS tidak lolos ke Piala Dunia pada 2018. Menurut data Nielsen, untuk penonton AS, ada 14,3 juta tayangan saat laga final Piala Dunia Wanita melalui televisi.

Angka itu lebih rendah dibandingkan dengan 11,4 juta tayangan untuk final Piala Dunia Putra 2018. Jika ditambahkan streaming online, membuat total penonton menjadi 20 juta melalui Fox Sports.

Oleh karena itu, final Piala Dunia Wanita 2019 menjadikannya pertandingan sepak bola yang paling banyak ditonton di televisi di AS baik pria atau wanita, sejak final Piala Dunia Wanita 2015, yang diikuti 25,4 juta pemirsa. Menurut sebuah laporan CNN, 1,6 juta penonton tambahan menyaksikan pertandingan final dalam bahasa Spanyol di Telemundo, AS.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement