REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Peringatan Hari Ulang Tahun ke-74 Indonesia hendaknya menjadi momentum untuk merefleksikan kembali sejauh mana warga bangsa berkontribusi berdasarkan cita-cita dan tujuan bernegara. Hal ini disampaikan Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Masduki Baidowi.
Cita-cita dan tujuan yang dimaksud, kata Masduki, tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar (UUD) 1945. Teks tersebut, menurut dia, terdiri atas empat poin utama.
Pertama, mempertahankan Republik Indonesia. Kedua, memberi kesejahteraan umum, seperti dari segi ekonomi, kesehatan dan lain-lainnya.
Ketiga, lanjut Masduki, mencerdaskan kehidupan bangsa, yaitu bagaimana bangsa kita menjadi terdidik dengan baik. Keempat, ikut menciptakan perdamaian dunia.
"Jadi, keeempat pedoman ini yang saya kira menjadi ukuran kebersamaan kita. Keempat ini yang perlu kita refleksikan. Karena targetnya ya itu, cita-cita kita ke arah situ. Lalu di mana kita sekarang? Dan kenapa bisa terjadi macam-macam hambatan?" kata Masduki Baidowi kepada Republika.co.id, Kamis (15/8).
Hambatan yang dimaksud, jelas Masduki, antara lain korupsi yang merajalela dan kesenjangan ekonomi. Masih maraknya korupsi menunjukkan lemahnya mental sebagian pejabat dalam mewujudkan negara yang bersih dari praktik-praktik kotor.
"Dan kenapa kesenjangan (ekonomi) itu masih masih lebar. Hambatan-hambatan seperti ini, apakah sudah terumuskan dengan baik penanganannya, ini tantangan bagi kita untuk menyelesaikannya," ucap dia.
Isu Khilafah
Apalagi, Masduki menambahkan, saat ini masih ada pihak-pihak yang bercita-cita mendirikan negara khilafah atau lainnya yang telah keluar dari apa yang dicita-citakan saat negara ini merdeka.
"Sekarang misalnya, orang mungkin sudah banyak bercita-cita yang lain. Di kalangan Islam itu ingin sebagiannya mencita-citakan khilafah, ada yang ingin mencita-citakan negara ini menjadi negara komunis," ungkapnya.
Karena itu, Baidowi mengatakan, yang terpenting adalah menyamakan bayangan dan cita-cita dalam mengisi kemerdekaan Indonesia. Cita-cita tersebut, kata dia, adalah empat poin inti yang tertera pada pembukaan UUD 1945.
"Dulu, ketika belum merdeka, ada bayangan atau cita-cita yang sama. Merdeka dari musuh kita. Siapa? Belanda. Kalau sekarang, saat mengisi kemerdekaan itu bayangannya sama enggak?" tuturnya.