Kamis 15 Aug 2019 18:07 WIB

Neraca Dagang RI Tekor, Kemendag Pantau Barang Impor China

Pada Juli lalu, defisit perdagangan Indonesia dan China mencapai 1,8 miliar dolar AS

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Nidia Zuraya
Produk Cina
Foto: Republika/Yulianingsih
Produk Cina

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Defisit perdagangan Indonesia dengan China semakin melebar. Kurun waktu Januari-Juli 2019, defisit tembus 11,05 miliar dlar AS, melonjak dari periode sama tahun lalu sebesar 10,33 miliar dolar AS. Kementerian Perdagangan menyatakan segera melakukan pendalaman serbuan barang impor yang masuk ke Indonesia.

Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan, Indrasari Wisnu Wardhana, menuturkan pihaknya tidak ingin terburu-buru berspekulasi mengenai peningkatan defisit dagang antara Indonesia-Cina. Wisnu mengatakan, Kemendag akan melihat secara jelas kondisi perdagangan kedua negara.

Baca Juga

"Harus dicek dulu, kita tidak boleh gegabah mengatakan barang Cina lebih murah," kata Wisnu di Kementerian Koordinator Perekonomian, Kamis (15/8).

Wisnu juga belum dapat memastikan apakah pelebaran defisit yang disebabkan oleh membengkaknya impor barang dari China imbas dari perang dagang AS-China. Menurut dia, Kemendag untuk sementara waktu tetap fokus meningkatkan ekspor lewat misi dagang dan percepatan penyelesaian perundingan perjanjian perdagangan.

Cara tersebut, di situasi yang sulit saat ini dianggap sebagai solusi yang bisa diambil pemerintah. Sebab, lewat perjanjian, produk-produk asal Indonesia yang berorientasi ekspor bisa mendapatkan kepastian pasar. "Ini bisa mendorong ekspor dalam waktu pendek," ujarnya.

Mengutip data BPS, terdapat 20 komoditas harmonized system (HS) yang diimpor dari China. Adapun tiga komoditas yang memiliki nilai impor terbesar yakni alat-alat transmisi 127,6 juta dolar AS, bawang putih 32,6 juta dolar AS, serta pagar besi dan baja sebesar 30,7 miliar dolar AS.

Sebagai informasi, pada kuartal I 2019 defisit dagang Indonesia-China sudah mencapai 5,1 miliar dolar AS. Memasuki kuartal II 2019, defisit kembali terjadi dengan nilai sebesar 4,05 miliar dolar AS.

Adapun pada Juli lalu, defisit dagang Indonesia dan China sebesar 1,8 miliar dolar AS, turun dibanding defisit pada Juli 2019 sebesar 2 miliar dolar AS. Meski demikian, secara keseluruhan defisit dengan China tetap membengkak.

"Defisit ini lebih dalam dari tahun lalu. Ekspor kita ke Cina memang ada perkembangan, tapi impor lebih tinggi," kata Kepala BPS, Suhariyanto.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement