REPUBLIKA.CO.ID, ISLAMABAD -- Perdana Menteri Pakistan Imran Khan kembali melayangkan kecaman terhadap pemerintahan Perdana Menteri India Narendra Modi. Dia tak segan menjuluki Modi sebagai pemimpin fasis.
Khan mengatakan upaya yang dilakukan pemerintahan Modi untuk meredam perjuangan pembebasan Kashmir dapat berujung kegagalan. “Sang fasis, Supremasi Hindu pemerintahan (Narendra) Modi harus tahu bahwa sementara tentara, milisi, dan teroris dapat dikalahkan oleh pasukan superior, sejarah memberitahu kita bahwa ketika suatu negara bersatu dalam perjuangan kemerdekaan dan tidak takut mati, tak ada kekuatan yang dapat menghentikannya dari mencapai tujuannya,” kata dia melalui akun Twitter pribadinya pada Jumat (16/8).
“Itulah sebabnya kredo eksklusif Hindutva dari pemerintah yang dipimpin Modi dengan taktik fasisnya di IOK (India Occupied Kashmir) akan gagal total dalam upayanya untuk meredam perjuangan pembebasan Kashmir,” ujar Khan.
Sebelumnya Khan memperingatkan kemungkinan terjadinya genosida di wilayah Jammu dan Kashmir pasca-India mencabut status istimewanya pekan lalu. Menurutnya, peristiwa pembantaian lebih dari 8.000 Muslim Bosnia di Srebrenica pada Juli 1995 dapat terulang di wilayah tersebut.
"Di IOK 12 hari jam malam, hadirnya pasukan tambahan di wilayah pendudukan yang sudah sangat termiliterisasi, mengirim RSS (Rashtriya Swayamsevak Sangh/organisasi sukarelawan nasionalis Hindu sayap kanan), pemutusan komunikasi menyeluruh; dengan contoh pembersihan etnis Muslim sebelumnya dari (Perdana Menteri Narendra) Modi di Gujarat," kata Khan.
Modi diketahui pernah menjadi menteri utama di Negara Bagian Gujarat. Saat itu, terjadi peristiwa pembunuhan terhadap 1.000 orang dan kebanyakan dari mereka adalah Muslim.
Khan menilai, apa yang sedang terjadi di Kashmir sekarang tak bisa dibiarkan. "Apakah dunia akan secara diam-diam menyaksikan pembantaian seperti Srebrenica dan pembersihan Muslim lainnya di IOK? Saya ingin memperingatkan komunitas internasional jika hal ini memungkinkan, itu akan memiliki reaksi dan akibat yang parah di dunia Muslim yang memicu radikalisasi serta kekerasan," ujarnya.
Kashmir merupakan satu-satunya wilayah di India yang berpenduduk mayoritas Muslim. Sejak merdeka dari Inggris pada 1947, Kashmir terpecah dua, dua per tiga di antaranya dikuasai India, sementara sisanya milik Pakistan. Wilayah itu kemudian dipisahkan dengan garis Line of Control (LoC). Perselisihan akibat sengketa Kashmir telah membuat India dan Pakistan tiga kali berperang, yakni pada 1948, 1965, dan 1971.