Sabtu 17 Aug 2019 13:00 WIB

Ketua KPK: 17 Agustus Jadi Introspeksi Cita-Cita Kemerdekaan

Agus mengingatkan akan janji menyejahterakan rakyat.

Rep: Dian Erika Nugraheny/ Red: Ani Nursalikah
Ketua KPK Agus Rahardjo usai memberikan keterangan saat konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (8/8).
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Ketua KPK Agus Rahardjo usai memberikan keterangan saat konferensi pers di Gedung KPK, Jakarta, Kamis (8/8).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Agus Rahardjo, mengatakan momen 17 Agustus harus dijadikan introspeksi bagi cita-cita mengisi kemerdekaan. Agus mengingatkan akan janji menyejahterakan rakyat Indonesia setelah kemerdekaan. 

"Momen 17 Agustus itu harus menjadi instrospeksi kita ya karena kita sudah mencapai kemerdekaan. Janji kita kan menyejahterakan rakyat Indonesia, menjadi negara adil makmur," ujar Agus kepada wartawan usai upacara peringatan HUT ke-74 RI di Kantor KPK, Kuningan, Jakarta, Sabtu (17/8).

Baca Juga

Agus melanjutkan, cita-cita adil dan makmur bagi masyarakat salah satunya ditandai dengan pendapatan per kapita yang tinggi.  Kemudian, keadilan hukum yang merata dan kesenjangan sosial yang kecil antarlapisan masyarakat.

"Karena itu, untuk mencapai itu semua, kita perlu berjuang. Kita masih harus berjuang, " ujar Agus. 

Meski demikian, Agus menyatakan optimistis karena bangsa Indonesia memiliki potensi SDM dan SDA yang cukup. Bahkan, sejumlah pihak meramalkan Indonesia akan mendapat bonus demografi.

Oleh karena itu, Agus sepakat dengan pesan Presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait perubahan tata kelola, manajemen dan sistem birokrasi. Bagaimana merancang sistem supaya kemudian orang bisa berinvestasi dengan mudah dan tidak terhambat.

"Karena kita tahu perkembangan ekonomi itu sangat dipengaruhi oleh belanja pemerintah, investasi, kemudian ekspor yg sangat besar. Oleh karena itu, harus kita dorong dalam waktu yang sama ekonomi masyarkat juga harus digerakan saya tidak bosan-bosannya mendorong bagaimana koperasi dihidupkan karena supaya kemudian petani kita itu kalau berkumpul dalam koperasi itu mereka menghadapi pasar itu tidak sendiri-sendiri," jelas Agus.

Dia menambahkan, momen 17 Agustus pun sebaiknya dijadikan awalan merancang pembangunan Indonesia ke depan. "Supaya yang diramalkan orang kita menjadi negara yang GDP-nya nomor empat di dunia bisa tercapai. Oleh karena itu mari ajakan presiden untuk mau berubah diri tadi betul-betul kita cermati, betul-betul kita identifikasi mana yang strategis, mana yang diperlukan tindakan yang sangat masif," ucap Agus.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement