REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota kongres Amerika Serikat (AS), Rashida Tlaib telah menolak tawaran Israel melakukan kunjungan kemanusiaan ke neneknya di Tepi Barat yang diduduki. Tlaib mengatakan, dia tidak bisa menerima kondisi penindasan yang diberlakukan.
Tlaib merupakan seorang kritikus kebijakan Israel terhadap Palestina. Ia diblokir oleh Israel dari melakukan kunjungan resmi. Akan tetapi, ia diperbolehkan melakukan kunjungan pribadi.
Dalam serangkaian tweet, Jumat (16/8), ia dengan tegas menolak tawaran Israel. Meskipun itu artinya dia tidak akan melihat neneknya.
"Membungkamku dan memperlakukanku seperti penjahat bukanlah yang dia inginkan untukku," katanya tentang neneknya, dilansir BBC, Sabtu (17/8).
"Itu akan membunuhku. Saya telah memutuskan mengunjungi nenekku dalam kondisi yang menekan ini bertentangan dengan semua yang saya percayai," ucapnya.
Ia mengatakan, memenangkan kursi di Kongres telah memberi rakyat Palestina harapan, seseorang pada akhirnya akan berbicara kebenaran tentang kondisi yang tidak manusiawi. Tlaib, dan sesama anggota kongres Demokrat, Ilhan Omar semula dijadwalkan melakukan kunjungan resmi ke Tepi Barat dan Yerusalem Timur mulai pada Ahad. Di bawah tekanan dari Presiden AS, Donald Trump Israel menolak izin untuk kunjungan ke wilayah yang dikuasainya.
Sebuah pernyataan dari kementerian dalam negeri Israel pada Kamis (15/8) mengonfirmasi larangan masuk. Israel menyatakan, tidak dapat dibayangkan mereka yang ingin merusak negara Israel saat berkunjung akan diberikan izin masuk.
Tlaib dan Omar telah menyuarakan dukungan untuk kampanye Boikot, Divestasi, Sanksi (BDS). Ini bertujuan memberikan tekanan ekonomi pada pemerintah Israel, karena oposisi mereka pada kebijakan Israel terhadap Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza.
Dalam serangkaian tweet pada Jumat, Omar membalas klaim ia dan Tlaib tidak meminta untuk bertemu dengan pemerintah Israel atau pejabat oposisi. Anggota kongres Minnesota mengatakan, selama kunjungan, mereka telah merencanakan untuk bertemu dengan anggota parlemen Israel dan Yahudi, bersama dengan para pejabat keamanan Israel.
Diantara rencana lain, mereka juga berniat melakukan tur kota Hebron di Tepi Barat dengan veteran militer Israel. Omar menambahkan, dua anggota Kongres Demokrat telah mengunjungi Israel tahun lalu dengan rencana perjalanan yang hampir sama, dan anggota Kongres lainnya telah melakukan perjalanan serupa di masa lalu.
Larangan masuk secara luas dikritik, termasuk oleh American Israel Public Affairs Committee (Aipac), kelompok lobi pro-Israel terkemuka. Pada Jumat, kementerian dalam negeri Israel menyatakan telah memberikan izin kepada Tlaib atas kunjungan kemanusiaan ke keluarga. Ini setelah dia berjanji dalam sepucuk surat untuk menghormati kondisi yang diberlakukan oleh Israel.
"Saya ingin meminta izin masuk ke Israel untuk mengunjungi kerabat saya, dan khususnya nenek saya, yang berusia 90-an. Saya akan menghormati segala batasan dan tidak akan mempromosikan boikot terhadap Israel selama kunjungan saya," ujar media Israel menerbitkan surat Tlaib.
Sebagai tanggapan, Menteri Dalam Negeri Israel Aryeh Deri mengatakan, "Tadi malam, dia mengirimi saya surat yang memintanya mengizinkannya mengunjungi neneknya yang berusia 90 tahun 'karena ini bisa menjadi kesempatan terakhir saya untuk bertemu dengannya'".
"Saya menyetujuinya dengan alasan kemanusiaan, tetapi ternyata itu adalah provokasi untuk mempermalukan Israel. Kebenciannya pada Israel mengalahkan cintanya pada neneknya," ucap Aryeh Deri.
Hukum Israel memblokir visa masuk ke orang asing yang menyerukan boikot apa pun yang menargetkan Israel, baik ekonomi, budaya atau akademik. Hukum berusaha untuk menekan gerakan BDS, yang telah menarik dukungan di Eropa dan AS.
Menurut media AS, perjalanan mereka akan dimulai pada Ahad, dan akan termasuk pemberhentian di salah satu situs paling sensitif di wilayah tersebut, sebuah dataran tinggi puncak bukit di Yerusalem yang dikenal oleh orang Yahudi sebagai Temple Mount, dan Muslim sebagai Haram al-Sharif.
Mereka juga berencana untuk mengunjungi aktivis perdamaian Israel dan Palestina, dan melakukan perjalanan ke Yerusalem dan kota-kota Betlehem, Ramallah, dan Hebron di Tepi Barat.