REPUBLIKA.CO.ID, KARAWANG -- PT Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) memiliki berbagai program corporate social responsibility (CSR) untuk masyarakat pesisir. Vice President (VP) Relations Pertamina Hulu Energi, Ifki Sukarya, mengatakan salah satu program CSR unggulan PHE ONWJ adalah pengelolaan hutan pendidikan di wilayah pesisir Subang dan Karawang.
Program ini bernama Kapal Kehati GreenThink yang sudah ditetapkan sebagai Jawara Wisata Subang oleh bupati. "Keberhasilan ini mendorong perusahaan untuk melakukan replikasi di Desa Pasir Putih Karawang," kata Ifki dalam penjelasan persnya, akhir pekan ini,
Taman Mangroove di Pantai Pasir Putih, Karawang, Jawa Barat, Selasa (13/8). Taman Mangroove ini salah satu program unggulan Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) diwilayah pesisir Subang dan Karawang.
Pada 2017, kata Ifki, di Pasir Putih sudah memiliki program Orang Tua Asuh Pohon (OTAP). Program tersebut terus berjalan dan pada 2018 berkembang dengan program Ekowisata Mangrove Pasir Putih Karawang.
"Kami melihat berbagai permasalahan di Pasir Putih. Di sini ada 938 keluarga yang terancam terkena abrasi pantai, padahal kehidupan mereka juga bergantung terhadap hasil laut, istri nelayan juga tidak produktif," Ifki menjelaskan.
Sejumlah orang sedang bermain dan berfoto di Taman Mangroove di Pantai Pasir Putih, Karawang, Jawa Barat, Selasa (13/8). Taman Mangroove ini salah satu program unggulan Corporate Social Responsibility (CSR) Pertamina Hulu Energi Offshore North West Java (PHE ONWJ) diwilayah pesisir Subang dan Karawang.
Dari permasalahan tersebut, sambung dia, Pertamina pun mengusung program membantu mempercantik lingkungan serta bisa menambah perekonomian bagi mereka. Caranya, dengan membuka ekowisata mangrove dan terumbu karang, peningkatan kapabilitas nelayan.
"Selain itu kami berdayakan istri nelayan dengan meningkatkan kapasitas mereka mengolah produk hasil laut terutama rajungan, mengingat Pasir Putih ini merupakan sentra rajungan di Jawa Barat," ujar Ifki.
Untuk mengatasi abrasi pantai, PHE ONWJ dan masyarakat bergotong royong untuk menggunakan ban bekas sebagai media penahan abrasi. Ada sekitar 2.000 ban bekas yang digunakan sebagai media penahan abrasi untuk lahan pesisir seluas 14.440 m2.
Bukan hanya itu, Ifki menjelaskan, kolaborasi ini menghasilkan 20 hektare lahan termanfaatkan sebagai ekowisata mangrove terintegrasi. Ada 90.000 mangrove yang sudah tertanam di area tersebut.
Terbentuknya kelompok pengelola ekowisata, jelas dia, juga membuat perekonomian nelayan dan masyarakat Pasir Putih meningkat. Ini terbukti di mana kelompok nelayan dan masyarakat berhasil mendapatkan omzet sebesar Rp 25.200.000 per tahun dari pengelolaan kawasan Ekowisata Mangrove dan Terumbu Karang Pasir Putih.
"Ekowisata Pasir Putih bisa dinikmati masyarakat umum. Di sini, ada wisata mangrove, wisata terumbu karang, bird watch tower, rajungan icon, pembibitan mangrove dan dramaga untuk berfoto," kata Ifki.