REPUBLIKA.CO.ID, KUNINGAN --- Sudah dua tahun terakhir, Pondok Pesantren Salafiyah Al Maemun seperti mati suri. Tak ada satu pun santri yang mengaji di pesantren yang berada di Desa Sindang Barang, Kecamatan Jalaksana, Kabupaten Kuningan itu. Padahal dulunya, santri di pesantren ini cukup banyak. Menurut Kepala Tsanawiyah Al Maemun, Cecep Sulaiman pada saat awal berdirinya Ponpes Salafiyah Al Maemun memiliki sekitar 70 santri.
Pesantren yang didirikan pada 1998 oleh Haji Zakariya seorang tokoh di Jalaksana itu bahkan membuka lembaga pendidikan formal yakni tingkat Tsanawiyah dan tingkat Aliyah. Namun, pesantren Salafiyah Al Maemun mengalami stagnasi terutama setelah meninggalnya pendiri pesantren. Santri di pesantren ini pun lambat lain justru berkurang. Terlebih pengajarnya memilih untuk keluar dari pesantren.
“Tidak ada yang melanjutkan, kemudian memanggil pengajar dari luar tapi ustaznya berkeluarga akhirnya boyong dengan istrinya, akhirnya pesantren terbengkalai,” kata Cecep saat ditemui Republika,co.id pada Senin (19/8).
Meski begitu lembaga pendidikan Tsanawiyah dan Aliyah Ponpes Salafiyah Al Maemun masih berjalan hingga kini. Bahkan siswanya perlahan mengalami peningkatan. Saat ini terdapat total 117 siswa Tsanawiyah dan 75 siswa Aliyah. Meski demikian, kini tak ada satu pun siswa yang juga mondok di pesantren itu.
Sejumlah prestasi pun telah ditorehkan oleh terutama oleh para siswa Tsanawiyah Ponpes Salafiyah Al Maemun. Seperti tahun ini, dua siswanya berhasil meraih medali setelah menjuarai pencak silat tapak suci tingkat Jawa Barat.
Menurut Cecep, kendati pesantren mengalami kemandekan namun nilai-nilai kegiatan kepesantrenan terus dijalankan. Kegiatan seperti khitobah yakni pelatihan ceramah hingga kesenian marawis kini dijalankan oleh para siswa Tsanawiyah dan Aliyah tiap pekan.
Sementsea itu pihak Yayasan Pendidikan Islam Al Maemun bersama pimpinan Tsanawiyah dan Aliyah pun kini tengah berupaya untuk menghidupkan lagi Pesantren Salafiyah Al Maemun. Dalam setiap pertemuan dengan wali murid baik Tsanawiyah dan Aliyah, pihak Yayasan terus melakukan sosialisasi. Tak hanya itu, menurut Cecep pihaknya pun berupaya menggandeng donatur untuk membantu dalam pembiayaan santri nantinya.
“Kita sedang merintis kembali, tinggal kelengkapan fasilitasnya. Mungkin kita akan menjaring dulu siswa siswi di sini, dan sudah ada donasi menanggung untuk makan santri,” katanya. Andrian Saputra