Selasa 20 Aug 2019 09:40 WIB

Pemulangan Pengungsi Rohingya Dinilai Masih Prematur

Bangladesh siap memulangkan para pengungsi Rohingya.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Ani Nursalikah
Pengungsi Rohingya
Foto: AP Photo/Dar Yasin, File
Pengungsi Rohingya

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Kelompok advokasi Rohingya yang berbasis di Belanda, Dewan Rohingya Eropa (ERC) menyatakan keprihatinan atas pemulangan pengungsi Rohingya yang masih prematur. Rencananya, lebih dari 3.500 pengungsi Rohingya akan dipulangkan dari Bangladesh ke Myanmar mulai Kamis (22/8) mendatang.

"Myanmar sejauh ini gagal menyajikan kepada masyarakat Rohingya sebuah rencana pemulangan yang jelas, transparan, strategis, dan murni dari hampir satu juta Rohingya (yang) selamat dari genosida Myanmar," kata Dewan Rohingya Eropa (ERC) dalam sebuah pernyataan, dilansir Anadolu Agency, Selasa (20/8).

Baca Juga

ERC menambahkan, repatriasi yang direncanakan oleh Myanmar tidak mungkin dilakukan. Masih ada penganiayaan terhadap etnis Rohingya di negara bagian Rakhine, seperti pembatasan mobilisasi, pembatasan mata pencaharian, dan pendidikan.

Bahkan, ratusan etnis Rohingya masih dikurung di Kamp Pengungsian Internal. ERC mendesak bantuan dari Bangladesh, badan pengungsi UNHCR, dan semua pemangku kepentingan agar Myanmar dapat melakukan repatriasi dengan aman serta bermartabat.

“Pemulangan berkelanjutan dimulai dengan membongkar Kamp Pengungsian Internal dan memungkinkan Rohingya kembali ke tempat asal mereka; penghapusan pembatasan gerakan; memberi Rohingya akses ke internet, pendidikan, dan mata pencaharian; mengembalikan kewarganegaraan; dan datang dengan rencana pemulangan yang transparan, asli, dan terinformasi dengan baik," ujar ERC dalam pernyataannya.

Selain itu, ERC juga mendesak orang-orang Rohingya untuk bersatu sehingga tidak jatuh ke dalam perangkap program repatriasi palsu Myanmar. Menurut Amnesty International, lebih dari 750 ribu pengungsi Rohingya yang kebanyakan wanita, dan anak-anak, melarikan diri dari Myanmar. Mereka menyeberang ke Bangladesh setelah pasukan Myanmar melancarkan penumpasan pada komunitas Muslim minoritas pada Agustus 2017. Berdasarkan laporan Ontario International Development Agency (OIDA), sejak 25 Agustus 2017, hampir 24 ribu Muslim Rohingya telah dibunuh oleh pasukan negara Myanmar.

Bangladesh akan bekerja sama dengan UNHCR untuk memastikan apakah pengungsi Rohingya mau menerima tawaran Myanmar untuk dipulangkan. Komisioner Pengungsi Bangladesh Abdul Kalam mengatakan, Bangladesh siap memulangkan para pengungsi Rohingya.

"Semuanya sudah siap, titik transit darat telah disiapkan. Tidak ada yang akan dipaksa untuk kembali kecuali mereka sukarela," kata Kalam dilansir Channel News Asia.

Pejabat Bangladesh dan Myanmar berencana memulangkan 300 pengungsi Rohingya setiap harinya. Juru bicara pemerintah Myanmar Zaw Htay telah membuat daftar 3.450 pengungsi Rohingya dari jumlah total 22 ribu pengungsi, yang akan dipulangkan. Zaw Htay mengatakan, para pejabat telah memeriksa daftar itu untuk menentukan apakah para pengungsi itu tinggal di Myanmar dan apakah mereka terlibat dalam serangan terhadap militer.

"Kami telah bernegosiasi dengan Bangladesh untuk menerima 3.450 orang ini pada 22 Agustus," ujar Zaw Htay, seraya menambahkan mereka akan dibagi menjadi tujuh kelompok untuk dipulangkan.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement