REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Penyandang disabilitas masih membutuhkan pelayanan untuk akses beribadahnya.
“Penyandang disabilitas itu kan beda-beda, dan pendukung sarana ibadahnya juga berbeda-beda,” ujar Ketua Perkumpulan Penyandang Disabilitas Indonesia (PPDI), Gufroni Sakaril kepada Republika, Selasa (20/8).
Dia menambahkan, hingga kini penyandang disabilitas masih membutuhkan banyak hal penunjang untuk beribadah di masjid. Selain akses, menurut dia informasi juga sangat penting untuk diberikan dan disediakan oleh setiap masjid.
“Tuna runggu akan kesulitan ketika ada khutbah. Dan kebanyakan masjid juga tidak menyediakan Intrepeter sehingga setidaknya diberikan teks oleh masjid agar tuna runggu bisa mengerti dan memahami makna dari ceramah tersebut,” kata dia.
Gufroni menegaskan, fasilitas untuk penyandang disabilitas sudah ada di beberapa masjid. Namun dia menuturkan, masih banyak juga masjid dengan akses yang kurang bagi penyandang disabilitas.
“Kemarin saya ke masjid di daerah Ciganjur dan di sana ada akses wudhu bagi penyandang disabilitas. Dan di setiap pembangunan masjid baru kita juga upayakan untuk memberi saran agar ada fasilitas lainnya bagi penyandang disabilitas,” kata dia.
Dia menekankan agar pemerintah dan pemangku kepentingan bisa membantu penyandang disabilitas untuk mendukung dan menyediakan fasilitas tersebut agar bisa mandiri. Gufroni menegaskan, komunitas Tuna Runggu juga memang melayani hal tersebut, kendati demikian pelayanan belum bisa maksimal karena berbagai faktor.
“Karena setiap masjid juga tidak bisa menyediakannya dan kita juga tidak tahu teman-teman tuna rungu masjidnya mana saja. Jadi kita mendorong semua pihak agar bisa merealisasi pelayanan itu,” kata dia.