REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Anggota Kongres Amerika Serikat (AS) Rashida Tlaib dan Ilhan Omar meminta negaranya menghentikan bantuan pendanaan untuk Israel. Hal itu disampaikan setelah Israel melarang mereka memasuki negaranya pekan lalu.
Dalam sebuah konferensi pers di St.Paul pada Senin (19/8), Omar membantah bahwa dia tidak berencana bertemu pejabat Israel selama perjalanannya ke negara tersebut. Dia mengaku telah menjadwalkan pertemuan dengan anggota Arab Knesset (parlemen Israel) dan perwakilan dari organisasi sayap kiri, Breaking the Silence, serta pejabat lainnya.
Menurutnya, pelarangan terhadap dirinya dan Tlaib untuk memasuki Israel tidak kurang dari upaya untuk menekan kemampuan mereka dalam melaksanakan misi sebagai pejabat terpilih. "Untungnya kami di AS memiliki peran konstruktif untuk dimainkan," ujar Omar.
Dia mengatakan setiap tahun AS memberi Israel bantuan lebih dari tiga miliar dolar AS. Bantuan itu menjadikan Israel sebagai sekutu penting di kawasan dan satu-satunya demokrasi di Timur Tengah. "Tapi menyangkal masuk pejabat negara-negara sahabat yang dipilih dengan tepat tidak konsisten dengan menjadi sekutu serta menyangkal kebebasan bergerak jutaan orang atau berekspresi atau menentukan nasib sendiri tidak kompatibel dengan menjadi demokrasi," kata Omar.
Omar menekankan bahwa Israel harus menghentikan pembangunan permukiman ilegalnya di tanah Palestina. Israel juga harus memastikan hak penuh Palestina jika ingin memperoleh bantuan dana dari AS.
Pada kesempatan itu, Omar mengkritik keputusan Israel mendeportasi Direktur Human Rights Watch (HRW) untuk Israel dan Palestina Omar Shakir. "Tindakan ini tidak menghasilkan apa pun untuk perdamaian. Sebaliknya, mereka mencegah perdamaian serta memperdalam pendudukan," ujarnya.
Sementara itu, juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley membela keputusan Israel untuk melarang Omar dan Tlaib memasuki negaranya. Menurut dia, keduanya memiliki sejarah komentar anti-Semit yang terdokumentasi dengan baik, termasuk di media sosial.
"Israel memiliki hak untuk mencegah orang-orang yang ingin menghancurkannya memasuki negara itu dan permintaan Kongres yang sia-sia dari Demokrat di sini di Amerika tidak dapat mengubah hukum yang telah disahkan Israel untuk melindungi dirinya sendiri," ujar Gidley.
Alasan Israel melarang Omar dan Tlaib memasuki negaranya adalah karena mereka vokal menyuarakan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina. Mereka pun pendukung gerakan boikot, divestasi, sanksi (BDS) terhadap Israel. Gerakan tanpa kekerasan itu telah dianggap sebagai momok oleh Tel Aviv.
Berbeda dengan Omar, Tlaib masih diperkenankan mengunjungi keluarganya di Tepi Barat. Izin diberikan setelah Tlaib mengirim surat permohonan ke Kementerian Dalam Negeri Israel.
Dalam suratnya Tlaib meminta agar dirinya diizinkan mengunjungi kerabatnya di Tepi Barat. “Khususnya nenek saya yang berusia 90-an. Ini bisa menjadi kesempatan terakhir saya untuk melihatnya,” kata dia.
Tlaib pun berjanji akan mematuhi segala peraturan Israel. “Saya akan menghormati segala batasan dan tidak akan mempromosikan boikot terhadap Israel selama kunjungan saya,” tulis Tlaib.
Atas alasan kemanusiaan, Israel mengizinkan Tlaib mengunjungi keluarganya di Tepi Barat.