REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA— Majales Ulama Indonesia di Papua Barat terus membangun komunikasi dengan semua pihak. Komunikasi ini dibangun agar aksi massa yang terjadi di Papua tidak semakin meluas dan anarkis.
"Kami terus membangun koordinasi dengan para pimpinan ormas Islam, para imam masjid, ketua takmir masjid, dan majelis-majelis taklim," kata Ketua MUI Papua Barat, Ustaz Ahmad Nasrauw, saat dihubungi Republika.co.id, Selasa (20/8).
Ustaz Ahmad mengatakan, komunikasi yang dia dibangun itu, demi melindungi warga Papua secara umum, khususnya umat Islam yang ada di Papua Barat, tidak ikut-ikutan turun ke jalan untuk aksi yang saat ini dia anggap cenderung anarkis. Karena Islam tidak mengajarkan ujaran kebencian apalagi anarkis.
"Supaya terutama umat Islam yang ada di Papua Barat tidak terpancing, tidak terprovokasi tidak ikut-ikutan melakukan perusakan fasilitas umum," katanya.
Jadi, kata dia, MUI sudah mewanti-wanti umat Islam di Papua tetap menahan diri tidak ikut-ikutan aksi. Apalagi aparat kepolisian sedang mencari pelaku ujaran kebencian.
"Kita tetap mengajak umat Islam untuk menahan diri. Sudah berdiam diri di rumah. Serahkan ini kepada para aparat keamanan kepada pemerintah untuk menyelesaikan," katanya.
Ustaz Ahmad memastikan, selain membangun komunikasi dengan internal umat Islam, MUI Papua Barat juga membangun komunikasi dengan tokoh lintasagama di Papua, agar persoalan ini tidak semakin meluas.
Ustaz Ahmad berharap, semua tokoh-tokoh lintas agama di Papua dan Pupua Barat juga dapat memberikan saran dan masukan yang dapat mendinginkan suasana. Sehingga aksi-aksi anarkis yang terjadi di Papua saat ini segera dapat dihentikan.
"Semoga dengan wejangan-wejangannya tidak ada aksi lanjutan yang berujung pada anarkisme, dan tindak-tindak yang bisa memancing konflik yang lebih luas lagi," katanya.