REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Staf Khusus Presiden Kelompok Kerja Papua Lenis Kogoya menemui Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Selasa (20/8). Pertemuan digelar terkait bentrokan di asrama mahasiswa Papua di Surabaya, yang diduga menjadi penyebab kerusuhan di Papua dan Papua Barat.
Pada kesempatan tersebut, Lenis menyampaikan pesan Presiden Joko Widodo ke Khofifah. Pesan yang dimaksud adalah agar semua pihak yang sempat terlibat bentrokan bisa saling memaafkan satu sama lain.
Artinya, insiden yang pernah terjadi tidak perlu dibesar-besarkan. Dia mengingatkan, pihak-pihak yang sempat terlibat bentrokan adalah sama-sama anak bangsa Indonesia, yang memiliki tanggung jawab sama, yakni menjaga keutuhan NKRI.
"Pesan presiden tadi menyampaikan bahwa ini kita tidak usah besar-besarkan tapi kita mari saling memaafkan karena anak bangsa yang sama. Jadi jangan sampai ada yang sakit hati. Maksudnya ada ketersinggungan bagaimana pun kita saling memaafkan," kata Lenis, Selasa.
Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa mengaku, proses untuk mendinginkan situasi agar pihak-pihak yang pernah terlibat bentrokan bisa saling memaafkan, terus dilakukan. Tidak saja oleh Pemprov Jatim, tetapi juga pihak lainnya seperti Polda Jatim.
Salah satunya dengan mengundang keluarga besar Papua, dan Ormas yang sempat terlibat insiden, untuk dilakukan mediasi."Proses sudah berjalan. Kami juga sudah silaturahim dengan keluarga Papua. Jadi seluruh ikhtiar dilakukan. Semua lini akan berusaha, karena suasana harus kita bangun secara kondusif, saling mamberikan kesepahaman, saling percaya, dan slaing menghormati," kata Khofifah.
Seperti diketahui, di Manokwari kericuhan meledak pada Senin (19/8). Masyarakat di ibu kota Papua Barat itu turun ke jalan bersama mahasiswa. Mereka membakar ban-ban di berbagai sudut kota dan jalan protokol.
Mobilisasi massa juga terjadi di Jayapura dan Sorong, Papua. Aksi tersebut sebagai bentuk protes atas dugaan tindakan rasisme terhadap mahasiswa Papua di Surabaya dan Malang.