REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pengurus Besar Nahdlathul Ulama (PBNU) meminta semua pihak menyikapi masalah berkaitan dengan kerusuhan di Manokwari dengan kepala dingin. PBNU berpendapat, peristiwa itu tidak akan terjadi jika semua ditanggapi dengan kepala dingin dan hati yang besar.
"Atas nama PBNU saya turut menyesal dan prihatin atas kejadian mulai dari Malang, Surabaya, dan Manokwari, Sorong, Jayapura dan Makasar," kata Ketua PBNU Said Aqil Siradj dalam keterangannya, Selasa (20/8).
Dia berharap aparat kepolisian dapat segera menenteramkan suasana di lokasi kerusuhan akibat adanya gesekan-gesekan yang timbul. Hal itu harus dilakukan dengan bijak dan arif tanpa menggunakan kekerasan.
Di saat bersamaan, dia juga meminta semua pihak memberikan toleransi dan saling menghargai serta menghormati sesama anak bangsa. Menurutnya, peristiwa yang pecah pada Senin (19/8) lalu itu merupakan sebuah ujian yang harus dihadapi serta disikapi secara tenang dan dewasa.
"Kami semua menyayangi saudara-saudara di Papua. NU menyayangi dan mengasihi serta menganggap itu semua saudara-saudara kita," kata Said Aqil lagi.
Sebelumnya, peristiwa kerusuhan di Manokwari dipicu dari pengepungan asrama Papua oleh ormas di Surabaya pada Jumat (16/8) malam. Hal itu dilakukan sebagai respons atas perusakan bendera merah-putih yang diduga dilakukan mahasiswa Papua. Keesokan harinya, 43 mahasiswa diamankan dan segera dibebaskan terkait peristiwa tersebut.
Sejak hari itu, beredar video yang mengeluarkan kata-kata kurang pantas terhadap mahasiswa Papua. Akibatnya pada Senin (19/8) lalu, warga dan mahasiswa berkumpul di kota Manokwari, Papua Barat. Aksi diwarnai dengan pembakaran ban, blokade jalan dan perusakan fasilitas umum. Menjelang siang kantor DPRD Papua dibakar. Suasana kini sudah mulai kondusif.