REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Mahkamah Agung (MA) memutuskan penggunaan trotoar untuk Pedagang Kaki Lima (PKL) di Tanah Abang tidak sesuai aturan. Namun, mayoritas PKL di Tanah Abang menolak keputusan tersebut.
Salah satu pedang kaca mata, Bobby (20) mengatakan, sangat tak setuju jika keputusan tersebut benar-benar direalisasikan oleh Pemerintah Provinsi Jakarta. Sebab, menurutnya, kebijakan tersebut akan menghilangkan satu-satunya mata pencaharian semua PKL yang berada di Tanah Abang.
"Saya sama sekali enggak setuju, kalau kami diusir terus kita mau cari makan dari mana," ujarnya saat disambangi Republika.co.id di Tanah Abang, Jakarta Pusat, Selasa (20/8).
Dia mengatakan, sekalipun para PKL disediakan tempat, Bobby tetap akan menolaknya. Kerena, menurut Bobby tempat berjualannya sekarang sangat strategis dan banyak pembelinya.
Begitu pun dengan pedagang yang lain, Ichsan (42), juga tidak setuju jika mereka sama sekali dilarang berjualan di trotoar Tanah Abang. Pria yang berjualan Alquran tersebut, khawatir tidak bisa mencarikan nafkah untuk keluarga jika tak lagi berjualan di sana. "Kalau enggak boleh julan di sini, terus saya kasih makan keluarga saya apa,"kata dia.
Namun, sedikit berbeda dengan PKL sebelumnya, ia menerima jika nanti Pemprov DKI memindahkan PKL ke tempat yang lebih baik, dengan alasan agar kawasan Tanah Abang lebih rapih dan teratur. "Kalau dipindahkan saya setuju, asalkan tempat barunya enggak sepi pengunjung. Dan sewa enggak mahal,"kata dia.
Sementara, pejalan kaki, Sifa (18) yang tengah melintasi trotoar tersebut mengatakan, sangat terganggu dengan adanya PKL yang berdagang di trotoar. Sebab, banyak pejalan kaki yang tak leluasa berjalan karena terhambat dengan barang-barang dagangan PKL. "Terganggu sih, soalnya kalau saya buru-buru pergi ke suatu tempat, saya harus lewat jalan raya untuk mengejar waktu," ujarnya.
Namun, disisi lain ia juga tak menginginkan jika dilarang berjualan di trotoar para PKL tak mendapat pekerjaan. Sehingga, ia berharap, ada solusi tengah yang tidak merugikan pejalan kaki dan juga PKL itu sendiri. "Saya tidak berharap para PKL tidak boleh berjualan sama sekali tanpa ada solusi,"ujarnya.