REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua Persatuan Radio Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Erick Thohir menyatakan, industri radio di Indonesia saat ini sedang membuat gebrakan. Erick menilai, industri radio di Indonesia masih sangat kuat.
"Pendengar radio di Indonesia rata-rata, mendengarkan radio 2 jam 16 menit. Berarti memang sangat baik," ujarnya di acara Musyawarah Daerah Persatuan Radio Swasta Nasional Indonesia (PRSSNI) Jabar, Rabu (21/8).
Erick mengatakan, sebagai industri kita harus berpikir bagaimana menggerakan kembali lagu-lagu Indonesia agar bisa menjadi tuan rumah di negerinya sehingga tambah kuat. Yakni, dengan menciptakan konten-konten, penyiar, dan lagu-lagu sebagai karya cipta dengan adanya radio.
"Dan tentu yang terpenting bagaimana menciptakan persaiangan yang sehat. Tentu, kita yg memang sudah benar-benar serius bekerja, berusaha membayar pajak dan lain-lain," katanya.
Jadi, menurut Erick, anggota PRSSNI harus diberi hak yang sama. Ia tak ingin, anggota PRSSNI yang jumlahnya ada 500 lebih, tak diberi kesempatan yang baik sehingga menjadi radio ilegal. "Gubernur Jabar mendukung, pusat mendukung, jadi kita jaga ekosistem agar sehat," ucapnya.
Saat ini, kata dia, ada yang berubah dari cara mendengar radio. Dulu, radio didengarkan secara di rumah. Sekarang, dengan konsep digital radio bisa live streaming jadi bisa diakses dengan mudah dimana-mana.
Persaingan industri radio ke depan, kata dia, pasti sama dengan persaingan media yang lainya. Yaitu persaingan konten atau isi. "Saya tak menutup mata member PRSSNI bisa sukses karena persaingan yang penting dijaga fair playnya," katanya.
Di tempat yang sama, Gubernur Jabar, Ridwan Kamil menyatakan mendukung reformasi dalam siaran radio. Ia pun menitipkan beberapa hal. Pertama, ia titip pada radio untuk menyebarkan berita-berita pembangunan. Kedua, lawan berita hoaks yang menghampiri ruang informasi.
"PRSSNI harus beradaptasi dengan teknologi digital dan lain-lain. Sehingga lebih gesit menghasilkan inovasi," katanya.
Ketiga, kata dia, Pemprov Jabar selalu berkomitmen untuk mendukung PRSSNI dengan menambah anggaran tak hanya untuk humas protokol tapi juga di alokasikan di dinas-dinas. "Silahkan mengakses kami butuh penyebaran luas yang positif. Di negara lain jumlah radionya tak sebesar di Jabar yang bertahan jumlahnya banyak," katanya.