Remaja bahkan anak-anak di Desa Ngargoretno dilibatkan untuk dalam atraksi kesenian ini. (FOTO : Bowo Pribadi/Republika)
Kesenian Tarian Bangilun memadukan gerakan dan nyanyian tradisional digelar sebagai sambutan bagi para tetamu yang datang. (FOTO : Bowo Pribadi/Republika)
Gerakan Tari Bangilun ini tergolong dinamis dengan iringan tetabuhan rebana. (FOTO : Bowo Pribadi/Republika)
Tetabuhan rebana penhgiring dan pengatur irama Tarian Bangilun. (FOTO : Bowo Pribadi/Republika)
DI beberapa daerah lain terdapat nama tarian Bangilun dengan variasi gerakan dan lagu yang berbeda. (FOTO : Bowo Pribadi/Republika)
Kesenian Tari Bangilun menggunakan shalawat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad SAW sebagai lagunya. (FOTO : Bowo Pribadi/Republika)
Properti yang dikenakan penari Bangilun tidak kalah menarik. (FOTO : Bowo Pribadi/Republika)
inline
REPUBLIKA.CO.ID, MAGELANG -- Dihidupkannya kembali kesenian Bangilun membuat ghirah dan dahaga warga Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah untuk menjaga akhlak generasi mudanya kembali membuncah.
Di tengah era modernisasi, mereka berharap kesenian asli pegunungan Menoreh yang kental dengan nuansa religi dan sarat pesan moral ini bisa dipedomani para generasi penerus di desa ini. Warga di Desa Ngargoretno sangat berkepentingan untuk menghidupkan kembali kesenian yang semakin tergilas oleh jaman tersebut.
Lantunan syair- syair berjanjen (shalawat barzanji; red) dan rebana menjadi representasi syiar nilai- nilai keislaman dari kesenian ini. Sementara pesan- pesan tentang budi pekerti, tatakrama hingga pesan pranata insan sosial di lingkungan masyarakat Jawa terselip dalam setiap iringan kesenian ini.
sumber : Republika
Advertisement