Kamis 22 Aug 2019 07:38 WIB

Bendera Bintang Kejora Sempat Dikibarkan di Fakfak

Aparat penegak hukum harus mencari siapa dalang di balik kerusuhan.

Warga membersihkan puing sisa kerusuhan di salah satu gedung yang terbakar di Manokwari, Papua Barat, Selasa (20/8/2019). Pascakerusuhan yang terjadi pada Senin (19/8), kondisi Manokwari sudah kondusif dan warga mulai melakukan aktivitas di ruang publik.
Foto: Antara
Warga membersihkan puing sisa kerusuhan di salah satu gedung yang terbakar di Manokwari, Papua Barat, Selasa (20/8/2019). Pascakerusuhan yang terjadi pada Senin (19/8), kondisi Manokwari sudah kondusif dan warga mulai melakukan aktivitas di ruang publik.

REPUBLIKA.CO.ID, Kondisi RT 02/03, Jalan Pendidikan, Kelurahan Klabulu, Distrik Malaimsimsa, Kota Sorong, Papua Barat, pada Rabu (21/8) jauh berbeda dari hari sebelumnya. Tak ada lagi pembakaran, tak ada teriakan-teriakan mengancam, tak ada lemparan batu dan gas air mata.

Sejak pagi hari warga di wilayah itu bersama-sama membersihkan palang jalan yang sebelumnya dipasang dalam aksi unjuk rasa menolak rasialisme yang berujung ricuh pada 19-20 Agustus 2019. Di Jalan Pendidikan, Kelurahan Klabulu, belasan warga dari berbagai latar belakang suku dan agama bersatu bergotong royong membersihkan puing-puing kayu dan ban yang dibakar di tengah jalan.

Lurah Klabulu Antonia Iek menjelaskan, kebersamaan warga Kelurahan Klabulu ini menunjukkan kepada dunia bahwa warga Papua cinta kedamaian dan persatuan bangsa. “Terlebih khusus Kelurahan Klabulu menghargai perbedaan suku, ras, dan agama sebagai bangsa Indonesia,” kata dia, kemarin.

Suasana di Kota Sorong memang sudah mulai kondusif kemarin. Demikian juga dengan kondisi di Manokwari, ibu kota Papua Barat. "Alhamdulillah, kondisi di Manokwari sudah kembali normal, sampah-sampah yang berserakan di jalan sudah dibersihkan oleh TNI, Polri, ASN dan masyarakat. Alhamdulillah, hari ini sudah berangsur normal," kata Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Provinsi Papua Barat Ustaz Ahmad Nausrau saat dihubungi Republika, Rabu.

Ia menjelaskan, untuk meredam gejolak di Papua, harus ada langkah hukum terhadap orang-orang yang diduga melakukan ujaran kebencian dan rasialisme. Ustaz Ahmad juga menyesalkan terjadinya perusakan fasilitas umum di sejumlah daerah di Tanah Papua.

"Provokator, pihak yang sengaja membuat keributan yang berujung pada tindakan anarkisme dan pembakaran, diserahkan ke aparat penegak hukum untuk mencari siapa dalang di balik kerusuhan," ujarnya.

Bagaimanapun, ketenangan di Sorong dan Manokwari tak menggambarkan kondisi secara keseluruhan di Papua. Aksi unjuk rasa yang juga berujung kericuhan pada saat yang bersamaan terjadi di Fakfak, Papua Barat; dan Timika, Papua.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement