REPUBLIKA.CO.ID, HELSINKI -- Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan uji coba rudal baru Amerika Serikat (AS) meningkatkan ancaman baru ke Rusia. Mereka akan menuntut tanggapan atas peluncuran tersebut.
AS menguji versi peluncuran rudal jelajah Navy Tomahawk, yang dimodifikasi secara akurat mengenai sasarannya berjarak lebih dari 500 kilometer. Uji coba pada Ahad (18/8) terjadi setelah AS menarik diri dari nuklir era Perang Dingin dengan Rusia, Intermediate-Range Nuclear Forces Treaty (INF) 1987 yang melarang senjata semacam itu.
Putin berpendapat, tes tersebut menunjukkan AS telah mulai bekerja pada rudal jauh sebelum menyatakan niatnya menarik diri dari pakta. Ia menyampaikannya setelah pembicaraan dengan Presiden Finlandia Sauli Niinisto.
"Amerika telah menguji rudal ini terlalu cepat setelah menarik diri dari perjanjian. Itu memberi kita alasan kuat untuk percaya mereka telah mulai bekerja mengadaptasi rudal yang diluncurkan jauh sebelum mereka mulai mencari alasan memilih keluar dari perjanjian," kata Putin, dilansir dari laman Voice of America, Kamis (22/8).
AS telah menjelaskan penarikannya dari pelanggaran Rusia, sebuah klaim yang ditolak Moskow. Pemimpin Rusia mengatakan negaranya juga akan bekerja merancang senjata semacam itu. Akan tetapi, menegaskan kembali tidak akan mengerahkan rudal, yang sebelumnya dilarang oleh perjanjian INF ke daerah mana pun sebelum AS melakukannya terlebih dahulu.
Putin menuduh uji coba itu dilakukan dengan menggunakan peluncur yang mirip dengan yang ditempatkan di situs pertahanan rudal AS di Rumania. Dia berargumen fasilitas Rumania dan situs serupa yang prospektif di Polandia juga dapat digunakan untuk mengenai sasaran darat alih-alih pencegat.
"Rudal semacam itu dapat diluncurkan dari fasilitas di Rumania, serta yang akan dikerahkan di Polandia. Itu hanya membutuhkan penyesuaian perangkat lunak. Saya tidak yakin teman-teman Amerika kami akan berbagi informasi tentang perangkat lunak mana yang mereka gunakan bahkan dengan mitra Eropa mereka," katanya.