REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memutuskan menurunkan BI 7-day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 5,5 persen. Suku bunga Deposit Facility sebesar 25 bps menjadi sebesar 4,75 persen, dan suku bunga Lending Facility sebesar 25 bps menjadi 6,25 persen.
Menurut Ekonom Bank Permata Josua Pardede ruang pelonggaran kebijakan moneter diperkirakan terbuka dalam jangka pendek. Hal ini mempertimbangkan ekspektasi penurunan defisit transaksi berjalan sepanjang tahun ini.
“Ekspektasi terkendalinya inflasi yang dapat mendukung stabilitas rupiah,” ujarnya kepada wartawan di Jakarta, Kamis (22/8).
Menurut dia berlanjutnya ketidakpastian global akibat perang dagang Amerika Serikat dan Cina telah mengurangi sentimen risiko dan menekan nilai tukar rupiah dalam beberapa waktu terakhir ini.
Sementara Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk Ryan Kiryanto menambahkan ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih terbuka. Hal ini utamanya didasari oleh realisasi dan ekspektasi inflasi.
“Perkembangan ekonomi global dan domestik yang masih diliputi oleh ketidakpastian kembali meningkat, utamanya terkait dengam Trade War, Brexit dan Geopolitic Risks,” ucapnya.
Ryan mengakui permasalahan likuiditas perbankan masih membayangi meskipun rasio Giro Wajib Minimum (GWM), Deposit Rate dan Lending Rate sudah turun. Komitmen pemerintah untuk segera membelanjakan anggaran di K/L diharapkan bisa melonggarkan kondisi likuiditas perbankan.
"Barangkali juga Bank Indonesia akan menguatkan kebijakan makroprudensial yang lebih akomodatif (misalnya rasio GWM rupiah diturunkan 50 bps) untuk mengendurkan likuiditas yang ketat,” jelasnya.