REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Taman Kanak-kanak (TK) Aisyiyah Bustanul Athfal (ABA) yang didirikan pada 1919 kini telah berusia genap satu abad. TK ABA di abad kedua akan menghadapi tantangan yang semakin kompleks seiring pesatnya perkembangan teknologi informasi.
Ketua Pimpinan Pusat Aisyiyah, Prof Masyitoh Chusnan, menyampaikan, tantangan TK ABA di era digital adalah cepatnya laju dan penyebaran informasi.
Sementara informasi yang datang dengan cepat harus bisa disaring karena ada informasi yang bermanfaat dan informasi sampah. Maka guru-guru TK ABA dan orang tua harus dapat menyaring informasi dari televisi, gawai, dan komputer yang terhubung dengan internet.
"Jelas tangannya itu menyaring apa yang terjadi di sekitar anak-anak terutama menyaring informasi," kata Masyitoh kepada Republika pada sela-sela acara International Conference on Early Childhood Education and Care of Aisyiyah di FKIP Universitas Muhammadiyah Prof Dr HAMKA, Kamis (22/8).
Konferensi internasional yang berlangsung pada 21-22 Agustus 2019 itu digelar dalam rangka memperingati 100 tahun TK ABA. Konferensi tersebut fokus membahas tentang pendidikan anak usia dini.
Masyitoh menerangkan, cepatnya laju dan penyebaran informasi menjadi tantangan bagi orang tua dan guru. Di era digital informasi begitu gampang diterima oleh siapa saja. "Tapi informasi itu bisa saja informasi yang bernilai atau informasi sampah, Itulah masalah yang menjadi tantangan untuk orang tua dan guru," ujarnya.
Dia mengingatkan, guru-guru dan orang tua diberi amanah untuk mendidik anak-anaknya. Mereka harus membentuk karakter anak yang baik, tetapi tantangan yang ada di sekitar anak-anak sekarang begitu luar biasa.
Dia menegaskan, harus diingat bahwa kemajuan teknologi dan globalisasi di satu sisi sangat menguntungkan kehidupan manusia. Tapi di sisi lain bisa menjadi malapetaka kalau tidak pandai untuk menyaring informasi.
Masyitoh menyampaikan bahwa TK ABA pada abad kedua diinstruksikan agar dikelola dengan lebih profesional. Semua aspek di TK ABA direvitalisasi seperti aspek manajemen pembelajaran, sumber daya manusia (SDM), kelembagaan dan tenaga pengajar atau guru. "Intinya revitalisasi TK ABA agar ada peningkatan dari abad yang lalu pada berbagai aspek," ujarnya.
Dalam menghadapi era digital, Masyitoh juga menekankan agar guru-guru TK ABA tidak gagap teknologi khususnya dalam menggunakan gawai. Siswa dan siswi TK ABA juga harus sudah mulai dikenalkan dengan teknologi informasi agar bisa menggunakannya dengan baik serta positif.
"Anak-anak dikenalkan dengan teknologi digital meskipun dalam bentuk sederhana, tentu gurunya pasti harus lebih mahir (mengunakan teknologi)," jelasnya.
Pada abad kedua, Masyitoh menyampaikan TK ABA tetap menguatkan keimanan anak-anak dan membentuk karakter baik pada diri anak-anak. Serta mengajari anak-anak hidup sehat dan bersih serta gotong-royong. Dia menegaskan bahwa TK ABA tetap merujuk ke Alquran, sunah, dan teori-teori yang ditemukan para pakar pendidikan.