"Tidak ada yang berniat membangun tembok," kata Walter Ulbricht, pimpinan Jerman Timur, pada konferensi pers internasional di Berlin Timur, 15 Juni 1961. Tidak sampai dua bulan kemudian, saat fajar menyingsing pada 13 Agustus, para pekerja mulai membangun Tembok Berlin. Dimulai dengan membentangkan kawat berduri di jalan-jalan yang memisahkan sektor barat dan sektor timur kota Berlin.
Ketika itu, kota Berlin memang secara adminsitratif terbelah dua setelah Jerman kalah dalam Perang Dunia Kedua. Bagian barat dikelola oleh pihak Sekutu dan bagian timur oleh Uni Sovyet. Itu adalah hari yang menentukan bagi rakyat Jerman. Mulai 13 Agustus 1961, perpecahan Jerman Barat dan Jerman Timur dikukuhkan oleh Tembok Berlin, yang memisahkan kota itu selama 28 tahun, sampai keruntuhannya pada Oktober 1989. Tahun ini, Jerman memperingati 30 tahun runtuhnya Tembok Berlin.
Tembok Berlin berdiri persisnya selama 10.315 hari, dan menjadi simbol era Perang Dingin yang membagi dunia menjadi dua blok bermusuhan: blok Barat dengan sistem kapitalis dan blok Timur dengan sistem komunis.
Lebih 250 orang kehilangan nyawa dekat Tembok Berlin, karena berusaha melintasinya ketika ingin melarikan diri dari Berlin Timur ke Berlin Barat. Banyak yang ingin melarikan diri adalah kaum muda berusia di bawah 25 tahun. Bagaimana sebenarnya situasi kehidupan di kedua belahan Jerman pada saat itu, terutama bagi kaum mudanya?
Keajaiban ekonomi di Jerman Barat
Kaum muda Jerman yang hidup pada tahun 1961 adalah generasi yang lahir di tengah-tengah perang dan kehancuran. Kebanyakan kota besar di Jerman hancur oleh pemboman Sekutu. Di mana-mana para pengungsi berjejalan mencari tempat tinggal, makanan atau barang yang bisa dijual. Banyak anak-anak lahir tanpa pernah mengenal ayah mereka, yang tewas dalam perang atau berada dalam tahanan perang pihak Rusia.
Tetapi tahun 1961, kaum muda kelihatannya ingin melupakan kesuraman itu. Tenaga mereka memang dibutuhkan untuk membangun kembali negeri yang hancur karena perang. Di Jerman Timur, yang menerapkan sistem ekonomi sosialis terpimpin, semua tenaga dikerahkan, baik lelaki maupun perempuan. Sementara di Jerman Barat, ekonomi mulai bangkit dan bahkan berkembang pesat, membuka era yang disebut Wirtschaftswunder (keajaiban ekonomi).
Di Jerman Barat, suami biasanya berperan sebagai pencari nafkah tunggal. Kondisi ekonomi pasca perang terus membaik, sehingga banyak warga Jerman bisa menikmati berbagai kemajuan, dengan membeli kulkas, mesin cuci baru dan mobil pribadi. Banyak keluarga bisa menikmati liburan ke luar negeri sampai ke Italia.
Berbeda dengan di Jerman Timur, perempuan di Jerman Barat berorientasi pada rumah, dapur dan anak-anak. Tingkat pengangguran rendah, masyarakat mulai menikmati kemakmuran baru. Kebanyakan warga Jerman Barat mengetahui pembangunan Tembok Berlin lewat televisi, radio dan surat kabar.
Rock 'n' Roll dan klub dansa
Gaya hidup kaum muda di Jerman Barat ketika itu sangat dipengaruhi tren dan musik dari Amerika Serikat. Goyangan pinggul Elvis Presley bisa membuat banyak perempuan muda Jerman histeris sampai pingsan. Orangtua mereka juga cemas melihat gaya mode anak-anaknya yang beranjak dewasa dengan mengenakan jeans ketat, rok mini dan jaket kulit.
Di Jerman Timur, musik rock 'n' roll dilarang keras. Berdansa dengan pasangan di klub juga dianggap tidak senonoh, apalagi kalau musiknya berasal dari Amerika Serikat. Beberapa anak muda Jerman Timur masuk penjara karena berdansa dengan cara yang terlalu "modern".
Sedankgan di Jerman Barat, klub-klub dengan musik live bermekaran bak jamur dimusim hujan. Di Hamburg, klub Indra menjadi sangat menonjol dengan penampilan empat pemusik muda dari Liverpool, yang tampil dengan lagi-lagu rock 'n' roll cover. Beberapa tahun kemudian, dunia mengenal mereka sebagai The Beatles.
Perpecahan makin nyata
Kaum muda Jerman Barat awal 1960-an adalah generasi yang ingin membebaskan diri dari tekanan generasi tua. Terutama karena sejarah kelam Jerman di bawah kekuasaan rezim NAZI dan Hitler. Mereka ingin memberontak pada konvensi-konvensi yang dianggapnya kolot. Situasinya berbeda dengan di Jerman Timur, di mana kehidupan warga sangat diawasi oleh pemerintah.
Munculnya pil anti-hamil yang diperkenalkan pada 1 Juni 1961 menjadi penyulut gerakan feminisme. Terutama karena sebelumnya banyak perempuan yang terpaksa melakukan aborsi karena hamil tanpa mereka kehendaki, baik dalam maupun di luar pernikahan. Di Jerman Timur, rata-rata kaum muda ingin menikah secepatnya, seringkali karena alasan praktis: menikah adalah satu-satunya cara mendapatkan apartemen sendiri dengan cepat.
Berdirinya Tembok Berlin dan meruncingnya era Perang Dingin antara blok Barat Timur membuat perbedaan antara Jerman Barat dan Jerman Timur makin nyata, juga dalam gaya hidup dan tingkat kemakmuran. Tembok Berlin menjadi simbol dari perpecahan nyata dua Jerman, atau bahkan juga politik dunia di era tersebut. hp/as