REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Jika melihat jejak dan sejarah perkembangannya, tampaknya umat Islam memiliki hak untuk mengklaim bahwa para dokter Muslim merupakan perintis dari lahirnya bidang otorhinolaryngology di dunia kedokteran modern.
Guru Besar Fakultas Kedokteran Alexandria, Mesir, Mostafa Shehata, secara lugas memaparkan kontribusi para dokter Muslim dalam pengobatan THT. Menurut dia, sumbangsih peradaban Islam dalam pengobatan penyakit THT telah tertulis dalam sejumlah buku kedokteran yang disusun para dokter Muslim.
‘’Kitab-kitab itu telah menjadi rujukan dasar dunia kedokteran selama berabad-abad
lamanya,’‘ papar Mostafa.
Perawatan dan pengobatan penyakit THT mendapat perhatian serius para dokter Muslim di era kekhalifahan. Apalagi, dalam Alquran terdapat 16 ayat yang menekankan betapa penting nya fungsi telinga. Selain itu, Alquran juga mencantumkan pembahasan hidung dan tenggorokan.
Dalam Surat Al Ahzab ayat 10, Allah SWT berfirman, ‘’(Yaitu) ketika mereka datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu dan ketika tidak tetap lagi penglihatan(mu) dan hatimu naik menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu menyangka terhadap Allah dengan bermacam-macam purbasangka.’‘
Menurut Prof Mostafa, Rasulullah SAW juga memerintahkan umatnya untuk memelihara kesehatan telinga, hidung, dan tenggorokan.
Para dokter Muslim mulai melakukan penelitian dan pengkajian seputar peng obatan penyakit THT pada era kekuasaan Kekhalifahan Umayyah dan Abbasiyah. Di zaman keemasan itu, tak kurang dari 1.000 dokter Muslim terkemuka tersebar di kota-kota besar Muslim, seperti Baghdad, Damaskus, Kairo, Alexandria, Kairouan, Cordoba,
Seville, serta Valencia.
‘’Di masa itu, pengobatan penyakit THT ditangani oleh dokter umum, dokter spesialis bedah, dan dokter spesialis anak-anak.’‘