Jumat 23 Aug 2019 14:09 WIB

Hero Akui Industri Ritel di Indonesia Penuh Tantangan

Pola transaksi antarpedagang dan pembeli terus berubah, sehingga perlu disikapi cepat

Rep: Novita Intan/ Red: Friska Yolanda
Toko Hero Supermarket
Foto: Republika/Prayogi
Toko Hero Supermarket

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Industri ritel di Indonesia tengah berada di persimpangan, seiring dengan perkembangan teknologi saat ini. Pergeseran karakter dan menurunnya daya beli masyarakat Indonesia serta pertumbuhan e-commerce menjadi penyebab lesunya industri ritel dalam negeri.

Pola transaksi antar pedagang dan pembeli terus mengalami perubahan, sehingga perlu disikapi dengan cepat oleh pelaku usaha. Salah satunya toko ritel PT Hero Supermarket Tbk mengakui industri ritel di Indonesia semakin besar tantangannya.

Direktur Hero Supermarket Hadrianus Wahyu Trikusumo mengatakan perusahaan harus menghadapi tantangan karena industri makanan beradaptasi dengan perubahan dalam preferensi pelanggan di Indonesia.

“Seperti banyak retail lainnya, kami juga menghadapi tantangan industri ritel di Indonesia,” ujarnya kepada Republika saat acara HUT Hero Group ke 48 di Hero Gondangdia Menteng, Jakarta, Jumat (23/8).

Hero mencatat penjualan pada semester pertama hanya Rp 6,67 miliar atau 2,5 persen lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Hal ini dipengaruhi oleh rencana optimalisasi toko untuk menunjang revitalisasi pada bisnis makanan.

“Kami tetap berkomitmen untuk melakukan transformasi multi tahun. Kami telah melihat adanya dorongan peningkatan yang mendasar dalam bisnis makanan, ketika kami memulai inisiatif transformasi,” ucapnya.

Menurutnya bisnis makanan perusahaan diuntungkan oleh tren pertumbuhan penjualan like-for-like dan profitabilitas underlying. Setidaknya program tersebut menunjukkan tanda-tanda peningkatan awal dari fase pertama transformasi bisnis.

Di samping itu, pertumbuhan penjualan anak usaha seperti IKEA dan Guardian masih memberikan kinerja yang kuat secara penjualannya. Hal ini didorong oleh kontribusi pertumbuhan bisnis e-commerce.

“Transformasi masih berjalan pada tahap awal akan tetapi hasilnya cukup menjanjikan,” ucapnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement