REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Di awal abad ke-13 M, Tunis sebuah kota yang berada di wilayah Maghrib mencapai puncak kejayaannya. Ibu kota kekhalifahan Muslim di bagian Utara ‘benua hitam’ itu, sempat menjelma sebagai metropolis kaya raya.
Kemajuan yang dicapai Tunis dalam bidang ekonomi, kebudayaan, intelektual, serta sosial tak ada yang mampu menandinginya pada era itu.
Tunis merupakan salah satu kota terpenting dalam sejarah peradaban Islam di Afrika. Betapa tidak. Dari kota inilah ajaran Islam bisa menyebar hingga ke Sicilia sebuah provinsi otonom di Italia. Pamornya semakin berkilau seiring berdirinya madrasah
Al-Zaituna di kota ituperguruan tinggi pertama di Afrika Utara.
Tunis telah melahirkan seorang ilmuwan Muslim terkemuka sepanjang masa, Ibnu Khaldun. Kini, Tunis dikenal sebagai ibu kota Republik Tunisia atau Al-Jumhuriyyah at- Tunisiyyah. Tunis berlokasi di dekat kota tua bernama Carthage.
Secara geografis, kota yang dihuni oleh suku Arab dan Barbar itu berada sebelah utara dan timur Laut Mediterania. Di sebelah tenggara, Tunisia berbatasan dengan Libya dan di sebelah barat bertetangga dengan Aljazair.
Kota Tunis pertama kali dibangun Kaisar Romawi, Augustus, pada abad pertama Masehi. Ajaran Islam mulai menyebar di kota itu pada abad ke-7 M. Ketika itu, Dinasti Umayyah yang berpusat di Damaskus mulai memperluas kekuasaannya ke wilayah Maghrib yang dikuasai Kekaisaran Bizantium. Khalifah Muawiyah bertekad untuk merebut wilayah itu dari genggaman Bizantium.
Tentara Muslim di bawah komando Uqba bin Nafi untuk pertama kalinya melakukan ekspedisi penaklukan ke wilayah Maghrib pada 670 M. Lima tahun kemudian, pasukan tentara Islam membangun basis pertahanan dan sebuah masjid pertama di kota Kairouan. Pasukan tentara Muslim yang dipimpin Hasan bin Al-Nu’man mampu menguasai kota Tunis dan seluruh wilayah Maghrib pada 705 M.
Sejak itulah, Islam mulai berkembang di kota Tunis. Suku Barbar yang menghuni kota itu menerima kehadiran agama Islam.