REPUBLIKA.CO.ID, SRINAGAR -- Dua rumah sakit utama di Kashmir mencatat, lebih dari 150 orang menderita luka-luka akibat terkena gas air mata dan peluru karet oleh pihak keamanan India. Hal itu terjadi menyusul pergolakan di wilayah yang disengketakan sejak pasukan keamanan India melancarkan pembatasan di Kashmir.
Menurut data yang diperoleh dari kantor berita Reuters, setidaknya 152 orang dilaporkan dibawa ke Srinagar Institute of Medical Sciences (SKIMS) Srinagar dan rumah sakit Shri Maharaj Hari Singh dengan luka akibat tembakan peluru, dan tembakan gas air mata pada 5 Agustus dan 21 Agustus.
Meski demikian, Pemerintah India belum secara resmi merilis angka korban terluka. Pemerintah India mengerahkan tambahan polisi paramilter di wilayah Jammu dan Kashmir termasuk melarang adanya demonstrasi, memutus komunikasi, hingga internet guna mencegah protes meletus menjadi skala besar setelah menarik status istimewa wilayah tersebut pada 5 Agustus.
Namun, warga Kashmir tetap turun ke jalan di kota utama, Srinagar untuk memprotes langkah pemerintahan Narendra Modi pada hari-hari tertentu seperti perayaan Idul Adha dan hari Jumat. Aksi protes itupun berujung bentrokan antara pasukan keamanan India dan para pengunjuk rasa.
Seorang pejabat pemerintah setempat Jammu dan Kashmir yang meminta anonim mengatakan, jumlah korban terluka diprediksi lebih tinggi daripada angka resmi dari dua rumah sakit. Sebab, banyak dari mereka yang dipulangkan dalam beberapa jam setelah ke rumah sakit. "Mereka yang dirawat di rumah sakir yang lebih kecil lukanya tetap tidak terhitung," kata pejabat itu dilansir Aljazirah, Jumat (23/8).
Menurut laporan media, warga berusia 15 tahun mengalami luka karena senjata api sehingga harus dirawat inap dari rumah sakit. Sementara siswa berusia 16 tahun bernama Asrar Khan juga dilaporkan mendapatkan perawatan intensif karena luka serius di rumah sakit pada 6 Agustus akibat dari konfrontasi dengan pasukan keamanan India.
Saksi mata mengatakan, pasukan paramiliter India menembak gas air mata ke arah Khan. Dia juga terkena pecahan peluru di wajahnya. Namun, saksi lain mengatakan, tidak ada protes di daerah itu sebelum insiden Khan.
Dokter di SKIMS melakukan operasi di malam ia dilarikan ke rumah sakit. Ia mengalami pendarahan yang parah di kepalanya. Seorang pejabat medis mengatakan, Khan bisa saja kehilangan pengelihatan di kedua matanya jika dia selamat.
"Dia telah menderita cedera kepala serius dan prioritas kami sekarang adalah untuk menyelamatkan hidupnya," kata pejabat medis yang meminta anonim.
Menurut pejabat itu, di SKIMS yang merupakan salah satu rumah sakit yang dikelola pemerintah terbesar di Srinagar, terdapat lima hingga enam anak laki-laki yang terluka oleh pasukan paramiliter India sejak pengerahan militer dimulai di Kashmir dan Jammu.