REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Emil Salim beranggapan bahwa pemindahan ibu kota Indonesia ke wilayah lain tidak lantas menjadikan 'Indonesia sentris'. Ia menilai, pemindahan ibu kota ke bagian tengah wilayah Indonesia tidak relevan.
"Kita ada di abad ke-21, yang menentukan kemajuan Indonesia itu bukan fisik, tapi keampuhan sarana transportasi dan kualitas dari SDA," ujar dia ketika ditemui Republika.co.id dalam diskusi publik yang diadakan oleh Indef di Jakarta, Jumat (23/8).
Menurut dia, dasar pemikiran pemindahan ibu kota tidak masuk akal. Sebab, Indonesia yang merupakan negara kepulauan akan tersendat pemerintahannya apabila transportasi dan hal penunjang lainnya tidak terpenuhi.
Oleh karena itu, ia menekankan agar pembangunan infrastruktur dan transportasi termasuk sumber daya manusia dipenuhi terlebih dahulu.
"Mungkin pemerintah mengambil contoh keberhasilan negara lain yang memindahkan ibu kota nya. Tapi mereka negara kontinental jangan samakan dengan Indonesia," kata dia.
Emil menambahkan, di tengah perekonomian yang saat ini kurang baik seharusnya pemerintah bisa lebih memfokuskan peningkatannya. Menurut Emil, kebijakan Amerika Serikat yang saat ini lebih kepada America first harus menjadi pertimbangan Indonesia.
"Akan ada dampaknya ke Indonesia juga," Kata dia.
Dia menegaskan, perkembangan ekonomi dunia yang saat ini belum stabil harus dipikirkan dengan efektif. Menurut dia, letak Indonesia yang strategis seharusnya bisa lebih fokus memanfaatkan one belt dari RRT dan Pacific Ocean yang diprakarsai AS di Indonesia ada di persimpangannya.
"Jadi, terkait pemindahan ibu kota, saya rasa saya perlu untuk meminta kejelasan ke presiden, apakah tidak ada opsi lain?" ujarnya.
Sebelumnya Presiden Jokowi pada 16 Agustus dalam pidatonya akan memindahkan ibu kota Indonesia agar lebih Indonesia sentris. Namun, dalam pelaksanaannya belum disampaikan wilayah terkait pemindahan tersebut.