REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Komunikasi Informasi (Menkominfo) Rudiantara mengatakan, meski akses internet di Papua dan Papua Barat telah diblokir, tetapi konten provokatif masih terus menyebar. Konten-konten yang menghasut masyarakat untuk turun ke jalan, kata dia, kini disebar melalui fitur pesan singkat atau SMS.
"Walaupun lewat SMS, tapi itu memprovokasi. Kemarin disebar 'hari ini ada demo besar-besaran di Papua'. Itu provokasinya terus-terusan," kata Rudiantara ketika ditemui di kantor Kemenkominfo, Jakarta Pusat, Jumat (23/8).
Dia menambahkan, pesan provokatif lewat SMS itu ternyata juga disebarkan ke wilayah lain di luar Papua. "Lalu di luar Papua baru disebar melalui internet," ujar dia.
Plt Kepala Biro Humas Kemenkominfo Ferdinandus Setu mengatakan, untuk hari ini juga cukup banyak konten provokatif yang meyebar lewat SMS sejak pagi hari. Pesannya, kata Ferdinandus, berisi ajakan kepada masyarakat Papua dan Papua Barat untuk kembali turun ke jalan.
"Kontennya itu video rasis yang menyebut orang Papua monkey itu. Itu yang terus disebar hingga menimbulkan kemarahan masyarakat," ucapnya.
Meski demikian, ujar Ferdinandus, pihaknya belum memutuskan apakah fitur SMS dan telepon juga akan ikut diblokir. "Kalau itu diblokir juga kasihan masyarakat kesulitan karena itu kan bagian komunikasi masyarakat," katanya.
Pemblokiran akses internet dilakukakan oleh Kemenkominfo untuk wilayah Papua dan Papua Barat sejak Rabu (21/8) pagi. Sedangkan, pada Senin dan Selasa, Kemenkominfo juga telah melakukan throttling atau pelambatan akses internet.
Pemblokiran internet dilakukan untuk mempercepat pemulihan kondisi di Papua dan Papu Barat. Sepeti diketahui, kericuhan pecah di wilayah paling timur Indonesia itu sejak Senin (19/8) menyusul terjadinya tindakan rasialis kepada mahasiswa Papua di Malang dan Surabaya, Jawa Timur.