Sabtu 24 Aug 2019 10:30 WIB

Gangguan Listrik, Kereta Komuter di London Terhenti

Penumpang kereta komuter di London dievakuasi setelah terjadi gangguan listrik.

Rep: Puti Almas/ Red: Reiny Dwinanda
  Kereta ThamesLink tertunda keberangkatannya di sebuah stasiun di London, Inggris, pada Jumat (9/8). Kegagalan daya jaringan nasional telah memengaruhi transportasi, lampu lalu lintas, dan rumah-rumah di London dan Inggris Tenggara. Insiden kedua pada Agustus terjadi pada Jumat (24/8).
Foto: EPA
Kereta ThamesLink tertunda keberangkatannya di sebuah stasiun di London, Inggris, pada Jumat (9/8). Kegagalan daya jaringan nasional telah memengaruhi transportasi, lampu lalu lintas, dan rumah-rumah di London dan Inggris Tenggara. Insiden kedua pada Agustus terjadi pada Jumat (24/8).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON — Pemadaman listrik membuat penumpang yang melakukan perjalanan melintasi Ibu Kota London, Inggris dengan kereta komuter harus dievakuasi pada Jumat (23/8) malam. Ratusan orang, termasuk lansia dan bayi, dilaporkan terpaksa turun dan berjalan di jalur kereta yang gelap.

Mereka harus melalui terowongan untuk kembali ke stasiun mengikuti arahan dari pihak berwenang. Dalam sejumlah video dan foto yang diambil di kereta stasiun St Pancras, para penumpang terlihat dievakuasi melalui tangga pada pukul 17.07 waktu setempat. Banyak di antaranya adalah anak-anak sekolah yang melakukan perjalanan menuju Luton.

Dalam sebuah pernyataan, perusahaan yang mengoperasikan kereta di Inggris, Govia Thameslink Railway, mengatakan bahwa kegagalan daya terjadi membuat semua kereta yang masuk atau keluar dari St Pancras dibatalkan. Namun, saat ini beberapa jalur kereta sudah dapat difungsikan kembali.

Kegagalan daya yang mengakibatkan kereta terhenti terjadi saat jam sibuk. Selama jam sibuk, ratusan orang melakukan perjalanan, apalagi menuju akhir pekan yang juga menjadi waktu bank holidays di Inggris.

Banyak dari penumpang yang hendak pergi ke Luton mengatakan bahwa kejadian ini membuat mereka ketinggalan penerbangan dari bandara Bedfordshire. Sementara, penumpang lainnya mengatakan baru bisa tiba di rumah setelah empat jam perjalanan.

"Saya sangat sedih karena saya berencana untuk terbang ke Amsterdam bertemu dengan istri saya di sana, tapi saya ketinggalan pesawat,” ujar salah satu penumpang dalam kereta komuter dilansir Metro.co.uk, Sabtu (24/8).

Tak sedikit ibu-ibu yang melakukan perjalanan dengan anaknya terlihat sangat kerepotan saat kereta terhenti. Mereka terlihat panik dengan buah hatinya yang menangis, terlebih karena harus berjalan sekitar 10 menit di terowongan untuk dapat kembali ke stasiun St Pancras.

"Ini adalah lelucon. Kami harus terjebak berjalan di terowongan yang gelap dan panas selama 10 menit. Bayangkan, bagaimana dengan orang-orang yang terjebak di kereta yang tidak berada di dekat stasiun?" ujar salah satu penumpang yang enggan disebutkan namanya.

Penumpang yang terjebak dalam kereta komuter juga mengungkapkan kekesalan mereka melalui jejaring sosial Twitter. Sejumlah penumpang mengatakan telah diberikan informasi yang salah.

Menurut mereka, gangguan kereta telah terjadi untuk kedua kalinya dalam satu bulan terakhir ini. Kasus pertama terjadi pada 9 Agustus.

Pada 26 Juli, penumpang menumpuk di stasiun kereta Internasional St Pancras untuk naik Eurostar di London. Pemadaman listrik di salah satu stasiun kereta tersibuk di Prancis itu mengganggu perjalanan Eurostar ke dan dari London dan rute-rute lain di sekitarnya.

“Kami menyesal bahwa perjalanan Anda sangat terganggu malam ini karena kerusakan pada kebel di rute Thameslink, dekat dengan Kentish Town. Tim spesialis dari Network Rail telah berada di lokasi untuk menangani masalah ini dan dapat memperbaiki kerusakan,” ujar pernyataan juru bicara Govia Thameslink Railway.

Govia Thameslink Railway juga mengatakan telah menyediakan bus pengganti kereta api sebagai moda transportasi alternatif penumpang. Beberapa layanan hingga saat ini dikonfirmasi masih belum dapat diaktifkan.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement