REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sebanyak 22,8 ribu ton produk sawit dan turunannya asal Sumatra Barat (Sumbar) diekspor ke Cina dan Jepang. Selain produk turunan sawit, Sumbar juga mengekspor sejumlah produk pertanian lainnya seperti kayu manis, kopi, dan kelapa.
"Komoditas yang diekspor berupa minyak sawit RBD sebanyak 4.000 ton dan CPO sebanyak 7,8 ribu ton dengan tujuan China, serta produk sampingan berupa cangkang sebanyak 11 ribu ton ke Jepang," kata Kepala Badan Karantina Pertanian Ali Jamil di Padang usai meninjau industri cangkang sawit di Koto Tangah, Sabtu (24/8).
Menurut dia, untuk ekspor, sesuai instruksi Menteri Pertanian harus diberikan karpet merah. Pihaknya harus memastikan layanan cepat, tepat dan sesuai persyaratan teknis negara tujuan.
Jamil menjelaskan selaku fasilitator perdagangan produk pertanian, pihaknya menjadi penjamin kesehatan dan keamanan produk pertanian yang dilalulintaskan ke negara mitra dagang. Perlakuan pemeriksaan karantina dilakukan sesuai dengan standar internasional dan persyaratan tiap negara tujuan.
"Penguatan sistem karantina tidak hanya untuk menjaga kelestarian SDA hayati tapi sekaligus juga untuk mendorong kinerja ekspor pertanian," tambahnya.
Selain itu, pihaknya juga menerapkan sertifikasi daring atau e-cert untuk menjamin keberterimaan produk pertanian di negara tujuan ekspor. Pertukaran data ini memungkinkan pemeriksaan pemenuhan persyaratan teknis dilakukan sebelum produk sampai sehingga jika ada ketidakkesesuaian dapat segera diantisipasi perlakuan karantina, kata dia
Ia menyampaikan saat ini baru ada empat negara, yang telah bekerja sama yaitu Australia, Selandia Baru, Belanda dan Vietnam dan akan akan terus dilakukan penjajakan kerja samanya.
Sementara, Kepala Karantina Pertanian Padang Eka Darnida Yanto menyebutkan selain produk turunan sawit juga diekspor produk pertanian lain asal Sumbar. Total nilainya mencapai Rp 212,8 miliar terdiri atas lempeng karet sebanyak 604,8 ton, biji kopi 18 ton, kayu manis 95 ton dan produk turunan kelapa yang terdiri dari santan 83,8 ton, kelapa parut 25 ton dan air kelapa sebanyak 71,2 ton.
Adapun negara tujuan ekspor antara lain Belanda, Spanyol, Norwegia, Cina, Bangladesh, dan Jerman.
Eka menyampaikan ekspor cangkang sawit mengalami peningkatan sebesar 28 persen hingga Agustus 2019.
Total ekspor pada 2018 sebanyak 404,8 ribu ton, sementara hingga minggu kedua Agustus 2019 ekspor cangkang sawit telah telah mencapai 344,4 ribu ton, ujarnya.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Sumbar Chandra mengapresiasi tumbuhnya industri turunan asal sawit berupa cangkang. Ia berharap Kementan dapat memberikan tambahan bantuan mulai dari benih unggul, budi daya hingga peningkatan kemampuan SDM, di samping penjaminan produk di pasar ekspor.
Dengan keunggulan sebagai biomassa dan harga yang lebih murah dibanding sumber energi asal fosil, cangkang sawit sebagai energi hijau bakal menjadi kebutuhan dunia, kata dia.