REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Aksi perusakan dan vandalisme terhadap fasilitas umum masih saja terjadi. Kali ini aksi perusakan tersebut dilakukan oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab terhadap tugu penjelas nama jalan di Cianjur, Jawa Barat.
Sedikitnya tiga tugu penjelas nama jalan pahlawan di Cianjur mengalami rusak parah dan bahkan hilang. Ketiga tugu penjelas nama jalan tersebut adalah Harun Kabir, Suroso, dan Adi Sucipta (Asmin Sucipta). Akibat tindakan tidak terpuji oknum warga itu, informasi sejarah yang tertera tidak lagi bisa dibaca dan pemandangan di sekitar jalan tersebut tidak asri lagi.
"Sebetulnya, kejadian ini bukan kali pertama," ujar Abdul Basyith, Direktur Eksekutif Historika Indonesia, dalam siaran persnya, Sabtu (24/8).
Sebelumnya, Historika sudah membuat surat protes kepada aparat keamanan dan pejabat terkait di Cianjur atas rusaknya tugu penjelas nama jalan sekitar Agustus 2018. "Salah satu prasasti yang kami bangun, dengan dukungan dari Kemendikbud dan Pemkab Cianjur, juga sempat di corat-coret. Namun, berhasil kami bersihkan dan pulihkan kembali," jelas Basyisth.
Tugu penjelas nama jalan di Cianjur digagas oleh Historika Indonesia, sebagai lembaga/komunitas yang menerima dana hibah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan pada 2017. Ide atau inisiatif membuat tugu tersebut dilatarbelakangi oleh masih banyaknya warga yang belum mengetahui informasi pahlawan lokal yang namanya dijadikan sebagai nama jalan.
Padahal, seperti tercatat dalam beberapa kesaksian para pelaku sejarah, pada 1945-1949, Cianjur merupakan salah satu kantong perlawanan para pejuang Indonesia yang krusial, baik saat berhadapan dengan tentara Inggris, maupun kala melawan militer Belanda. Ada lebih dari 10 pertempuran yang terjadi di Cianjur, salah satunya adalah Pertempuran Cisokan yang tercatat dalam dokumen tentara Inggris, Journal of the 8th, Gurkha Rifles Regimental Association (UK), No 16 (March 1993) berjudul: ‘The Battle of Tjirandjang Gorge’.
Salah satu pejuang Indonesia yang aktif melawan tentara Inggris antara 1945-1946 adalah A Sutjipta. Tempatnya menjalankan aksi itu lantas dibuatkan tugu sebagai penanda telah terjadi pertempuran di sana.
Historika
Tugu penanda jalan juga dipersembahkan Historika kepada Suroso, Harun Kabir, Tjijih Warsih, Raden Arya Cikondang, dan Pangeran Hidayatullah. Mereka itu merupakan
pahlawan yang berasal dari Cianjur (kecuali Pangeran Hidayatullah, pahlawan asal Banjarmasin yang diasingkan ke Cianjur). "Meski belum ditetapkan sebagai pahlawan
nasional, namun jasa mereka melawan penjajah patut dihargai dan dikenang," ujar Basyith.
Menurut Basyisth, tugu yang dilengkapi dengan informasi singkat sejarah pahlawan, juga dilengkapi dengan barcode, yang terhubung dengan database di arsipindonesia.com. Diharapkan generasi saat ini, generasi milenial, bisa dengan mudah mengaksesnya dan mengetahui betapa berjasanya pahlawan itu.
Dengan adanya aksi perusakan itu Historika Indonesia dan keluarga para pahlawan yang menjadi nama-nama jalan di Cianjur, mengecam tindakan para pelaku pengrusakan, serta memohon pihak berwenang dalam hal ini Kepolisian Resort Cianjur untuk mengusut dan menangkap para pelakunya. “Ketegasan sikap dan konsistensi dari Pemkab Cianjur tersebut sangat diperlukan mengingat selain beberapa situs sejarah yang telah dirusak juga banyak situs-situs sejarah yang terbengkalai,” ujar Basyith.
Salah seorang kelurga pejuang Harun Kabir, yang bernama Adhie Ahmad Kabir (cucu), merasa kecewa dengan ulah para perusak yang buta sejarah. “Sangat mungkin mereka
tidak mengetahui cerita atau kisah dari isi dari situs penjelas nama jalan yang dirusaknya, “ ujar Adhie.
Pihak Historika juga sudah membuat laporan yang ditujukan kepada Pemerintah Kabupaten Cianjur untuk segera menuntaskan kejadian ini dan melakukan revitalisasi
kembali terhadap tugu penjelas nama jalan sehingga bisa kembali dimanfaatkan oleh masyarakat.