REPUBLIKA.CO.ID, DEPOK -- Kapolda Bali Irjen Pol Petrus Reinhard Colose mengatakan kasus radikalisme dan terorisme masih menjadi ancaman global. Kekhawatiran ini tampak dari mulai orang tua sampai ASN ikut terpapar paham radikal dan teroris.
"Salah satu upaya menangkalnya adalah melalui kembali kepada konsensus bangsa kita yaitu Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," ujar Petrus seusai menjadi narasumber Kuliah Umum untuk Mahasiswa Baru Angkatan 2019 Universitas Gunadarma, di Auditorium D462 Kampus D Universitas Gunadarma, Kota Depok, Jumat (23/8).
Satgas Anti Terorisme ini mengungkapkan, sifat multikultur yang sudah melekat di dalam bangsa Indonesia dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika memang terlihat hal sepele. Namun, Indonesia sudah membentuk ratusan suku, ratusan budaya, ratusan bahasa disatukan dalam Bangsa Indonesia.
Untuk itu, penting memiliki daya tangkal yang kuat yang dilakukan oleh orang tua dan anak dengan cara memahami ideology dan dasar-dasar Negara Indonesia agar generasi muda tidak terpapar radikalisme.
"Paham radikal ini bukan di satu agama saja, hampir di semua agama. Sehingga daya tangkal itu hanya satu, ideologi kita adalah Pancasila. Kalau kita dijajah dengan ideologi lain sebenarnya simpel, kalau dibicarakan di Indonesia belum selesai. Tapi, namanya Indonesia ini sudah selesai dan final," jelas Petrus.
Penyidik Madya Unit Antiteror Bareskrim Polri ini juga menjelaskan bahwa, yang mengajak masuk ke pintu radikalisme dan terorisme hanya mengkooptasi ajaran yang bukan dari Islam. Agama Islam tidak mengajarkan tindakan radikalisme dan terorisme tersebut. Dia menambahkan, dengan kembali kepada konsensus negara Indonesia itu pada akhirnya akan membentengi masyarakat dari radikalisme.
"Kita kembali pada konsensus bangsa kita, bagaimana menguasai ideologi bangsa kita Pancasila, menjaga sumber hukum yaitu Undang-Undang Dasar Republik Indonesia, bagaimana kita tetap menjaga Negara Kesatuan Republik Inodonesia. Dan tentunya tetap dengan keberagaman karena kehebatan Indonesia, Gunadarma hebat, Indonesia lebih hebat, itu karena kita berbeda-beda," tandas Petrus.