Ahad 25 Aug 2019 23:38 WIB

Polisi Bangladesh Tembak Mati Dua Pengungsi Rohingya

Kedua pengungsi dituduh membunuh seorang pejabat partai yang berkuasa.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Andri Saubani
Sejumlah warga Rohingya menunggu di truk Polisi Myanmar untuk dibawa kembali menuju penampungan sementara yang didirika pemerintah di Desa ManSi dekat Sittwe, Negara Bagian Rakhinne, Myanmar, Rabu (21/11).
Foto: Nyunt Win/EPA EFE
Sejumlah warga Rohingya menunggu di truk Polisi Myanmar untuk dibawa kembali menuju penampungan sementara yang didirika pemerintah di Desa ManSi dekat Sittwe, Negara Bagian Rakhinne, Myanmar, Rabu (21/11).

REPUBLIKA.CO.ID, TEKNAF -- Polisi Bangladesh menyatakan, mereka telah menembak mati dua pengungsi Rohingya dalam tembak-menembak di sebuah kamp pengungsi pada Sabtu (24/8). Ini setelah kedua pengungsi dituduh membunuh seorang pejabat partai yang berkuasa.

"Kedua pria itu tewas ketika mereka dilarikan ke rumah sakit," kata inspektur polisi setempat Rasel Ahmad, kemudian menambahkan bahwa insiden itu terjadi di kamp pengungsi Jadimura di Distrik Cazar, Bazar, Cox, dilansir Channel News Asia, Ahad (25/8).

Baca Juga

Hampir satu juta Rohingya tinggal di kamp-kamp kumuh di Bangladesh tenggara. Sebanyak 740 ribu diantaranya melarikan diri dari serangan militer 2017 terhadap minoritas Muslim di Myanmar.

Aktivis HAM yang meminta untuk tidak disebutkan namanya, menyatakan mereka percaya kedua pria Rohingya itu dibunuh oleh polisi dalam tindakan yang tampaknya merupakan pertempuran bertahap. Insiden itu terjadi dua hari setelah upaya gagal untuk memulangkan para pengungsi ke Myanmar. Tidak ada satu pun Rohingya yang muncul untuk kembali melintasi perbatasan ke negara bagian Rakhine yang dilanda konflik.

Ahmad mengatakan, kedua Rohingya itu ditembak dan terluka parah dalam perburuan para tersangka. Ini terjadi setelah seorang pejabat pemuda dari partai Awami League yang berkuasa terbunuh, diduga oleh para pengungsi bersenjata.

Ahmad mengungkapkan, Pejabat Awami League, Omar Faruk, ditembak di bagian kepala pada Kamis (22/8), di sebuah pemukiman dekat kota perbatasan Teknaf. Pembunuhannya telah memicu kemarahan di kalangan penduduk setempat. Ratusan orang yang marah memblokir jalan raya utama menuju kamp selama berjam-jam, membakar ban dan merusak toko yang dikunjungi oleh para pengungsi.

Ahmad mengatakan, kedua pria yang terbunuh pada Sabtu telah diidentifikasi sebagai tersangka utama dalam pembunuhan Faruk. Ia menambahkan bahwa mereka telah ditembak ketika para petugas disergap oleh para tersangka.

"Salah para pengungsi membuat agitasi penduduk setempat. Kami menginginkan keadilan secepat mungkin," kata seorang teman politisi yang meninggal itu, Abdul Matin.

Pengungsi menyatakan pertumpahan darah baru-baru ini telah menciptakan suasana ketakutan di kamp-kamp, ​​di mana keamanan telah diperketat. Pembunuhan itu terjadi ketika Rohingya diatur untuk memperingati ulang tahun kedua masuknya massa mereka ke Bangladesh dari Rakhine, setelah kampanye militer brutal. Penyelidik PBB mengatakan kekerasan 2017 menjamin penuntutan jenderal Myanmar atas genosida.

Pada Kamis, upaya kedua negara, Bangladesh untuk memulai pemulangan Rohingya kembali ke Myanmar tersendat. Ini disebabkan para pengungsi yang menyatakan mereka tidak akan kembali kecuali keamanan mereka dipastikan, dan diberikan kewarganegaraan di tanah airnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement