REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Tentara Israel menangkap dua warga Palestina menyusul serangan pemboman yang menewaskan seorang wanita Israel dan melukai dua lainnya di Tepi Barat.
Tentara menangkap Ribhi Abu al-Safa dan Mohammed Nayef Abu al-Safa dari Desa Ein Arik setelah menggerebek dan menggeledah rumah mereka.
Mereka juga menangkap mantan tahanan Israr Maarouf, yang adalah seorang mahasiswa di Universitas Birzeit, dari Ein Qinya. Surat kabar Yedioth Ahronoth mengatakan operasi Ramallah sangat mengganggu keamanan Israel karena jenis serangan ini jarang terjadi dan tidak biasa.
Dilansir dari laman Asharq al-Awsat, Ahad (25/8), penangkapan itu terjadi beberapa jam setelah Kepala Militer Israel Aviv Kochavi mengumumkan bahwa pasukan keamanan sedang dalam tahap lanjut pencarian.
Kochavi mengatakan upaya signifikan sedang dilakukan di bidang intelijen untuk segera menangkap para pelaku.
Juru bicara Militer Israel Ronen Manelis menuturkan tentara menganggap ledakan itu sebagai serangan keji.
Menurutnya perangkat untuk menyerang Israel itu mungkin ditanam pada malam hari oleh warga Palestina yang mengenal daerah itu dengan baik, meledakkannya dari jarak jauh dan kemudian melarikan diri dari tempat kejadian.
Akibat serangan tersebut, pasukan Israel menutup jalan utama menuju Ramallah barat di Tepi Barat, mengerahkan pasukan, dan memblokir jalan-jalan utama. Para pemuda ditangkap setelah tentara Israel menyita rekaman dari kamera pengintai jalan yang dipasang oleh toko dan pemilik rumah di desa-desa ini.
Operasi baru itu memperkuat kekhawatiran Israel akan kemunduran keamanan bertahap yang mengarah pada kemungkinan pemberontakan rakyat segera menjelang Pemilu Israel bulan depan.
Para pejabat militer Israel telah memperingatkan dalam beberapa pekan terakhir tentang peningkatan serangan di Tepi Barat dan Jalur Gaza ketika pendekatan pemilihan Israel semakin dekat.
Hamas memuji para pelaku pemboman di Tepi Barat, dengan mengatakan itu adalah bukti vitalitas dan keberanian rakyat Palestina, dan fakta bahwa mereka tidak akan menyerah pada kejahatan dan terorisme pendudukan. Pemimpin Hamas Ismail Haniyeh menyebutnya serangan heroik, meski tidak tidak mengetahui siapa yang bertanggung jawab.
"(Tapi itu) menunjukkan bahwa keadaan di Tepi Barat adalah salah satu perlawanan, meskipun penduduk kami menderita di sana. Tepi Barat memiliki orang-orang kuat yang tidak kurang setia dan tabah daripada saudara-saudara mereka di Gaza," katanya.