Senin 26 Aug 2019 12:41 WIB

Pengaruh Pesantren dan Madrasah Terhadap Keragaman Indonesia

Pesantren dan madrasah ikut mewarnai keragaman masyarakat Indonesia.

Rep: Fuji Eka Permana/ Red: Nashih Nashrullah
Dirjen Pendis Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, menyampaikan ceramah dalam Milad ke-120 Ponpes Tebuireng, Jombang.
Foto: Dok istimewa
Dirjen Pendis Kementerian Agama, Kamaruddin Amin, menyampaikan ceramah dalam Milad ke-120 Ponpes Tebuireng, Jombang.

REPUBLIKA.CO.ID, JOMBANG — Keragaman masyarakat di negara Indonesia saat ini sangat dipengaruhi dan diwarnai tradisi dan keilmuan yang berkembang di pondok pesantren maupun di madrasah. Madrasah ialah sekolah umum berciri khas Islam.     

Direktur Jenderal Pendidikan Islam, Prof Kamaruddin Amin, mengatakan Indonesia yang damai, moderat dan toleran saat ini tidak bisa dipisahkan dari lembaga pendidikan Islam seperti pondok pesantren, Madrasah hingga perguruan tinggi kagamaan Islam. 

Baca Juga

Di dunia ini, kata dia, Indonesia bisa dikatakan negara yang paling plural pendudukanya, dari sisi budaya hingga agamanya.  Indonesia merupakan pusat wasathiyah (moderat) di dunia. 

“Keberagaman ini bisa dikelola dengan baik karena peran lembaga pendidikan Islam, dari pesantren hingga perguruan tingginya,” kata Kamaruddin, dalam  acara haul memperingati milad ke-120 Pondok Pesantren Tebuireng, di Jombang, Ahad (25/8).     

Kamaruddin mengklaim Indonesia saat ini Indonesia merupakan negara termasif  dan terbesar yang memiliki pendidikan Islam sebanyak di Indonesia.  

Sebab, lanjut guru besar hadis ini, jumlah lembaga pendidikan madrasah di Indonesia lebih dari 80 ribu lembaga, dengan siswanya yang mencapai hampi 10 ribu siswa. 

Sedangkan jumlah pondok pesantren tidak kurang 28 ribu,  dengan jumlah santri mencapai 4 juta lebih.  Ditambah perguruan tinggi yang medekati seribu kampus. “Santri yang usia anak-anak saja di pondok pesantren lebih dari tujuh jutaan, ini  paling besar di dunia. Maka karekter keberagaman Indonesia, dipengearuhi tradisi keilmuan di pendidkan Islam,” kata dia.  

Namun, lanjut sosok kelahiran Bontang ini, jika dibanding dengan negara-negara denga penduduk Muslim yang cukup besar seperti Pakistan, India, Afganistan atau negara Muslim lainnya, pendidikan Islam dikonotasikan sebagai lembaga pendidikan yang terbelakang, bahkan lembaga sebagai tumbuh suburnya gerakan intoleran, “Dianggap sebagai tempat berkecambahnya terorisme di negara Muslim itu, sebagai lembaga non formal terbelakang,” ujar Kamaruddin.

Akan tetapi, kata dia, pemandangan tersebut tidak berlaku di Indonesia. Pendidikan madrasah sangat modern sama persis sekolah umum. Madrasah di Indonesia adalah sekolah plus, karena prosesnya seluruh 100 persen seperti sekolah umum. 

“Apa yang dilaksanakan di madrasah, kebijakan dan ujian sama, standar sama, ditambah pendidikan keagamaan. Jadi dengan percaya diri bisa katakan madrasah adalah sekolah plus,” kata dia.  

Profesor lulusan Kampus Bonn Jerman ini mengisahkan, bahwa jika berkaca ke negara Inggris atau di negara sekuler, proses pendidikan agama seperti seperti madrasah dilaksanakan gereja dan biasanya siswanya  diisi oleh kalangan kelas menengah keatas, tak heran jika sekolah unggulan dikolala gereja.

“Di madrasah ini dari bawah, banyak diselenggarakan oleh masyarakat, tidak kelas elitis dan tidak mahal. Tapi prestasinya tidak kalah dengan sekolah umum,” tutur dia.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement