REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Incident Commander Pertamina Taufik Adityawarman mengatakan proses pengeboran relief well atau penutupan sumur YYA-1RW telah menembus kedalaman 6.390 feet dari target 9 ribu feet atau 2.765 meter. Taufik menyampaikan, Pertamina Hulu Energi (PHE) berupaya keras menutup sumur yang menjadi penyebab terjadinya tumpahan minyak.
"Insyaallah kalau semua berjalan lancar sebelum 8 Oktober, sumur sudah bisa kita tutup," ujar Taufik saat jumpa pers di Kantor PHE, Jakarta, Senin (26/8).
Selain fokus menutup sumur, kata Taufik, PHE juga terus melakukan penanganan terhadap tumpahan minyak yang masih berlangsung, baik di offshore maupun onshore. Taufik menyebut, terdapat 5.900 meter oil boom yang dipasang di lapisan pertama dan kedua dari sumur YYA guna mengadang penyebaran tumpahan minyak. Pun dengan 400 meter movable oil boom guna mengadang tumpahan minyak yang luput dari lapisan pertama dan kedua.
Taufik menambahkan, PHE juga sedang menyiapkan tujuh unit oil skimmer untuk mengangkat dan menyedot tumpahan minyak serta 47 kapal untuk combat oil spill sebagai penampungan sementara. "Upaya-upaya seperti ini merupakan langkah meminimalisir dampak (minyak) ke darat," ucap Taufik.
Taufik menyampaikan, hasil tangkapan minyak di offshore rata-rata sebanyak 600 sampai 700 barel per hari. Puncaknya pernah sampai 1.000 barel per hari.
"Kalau secara kumulatif sebesar 13.427 barel per hari dari offshore," kata Taufik.
Mengenai pelibatan tim luar negeri yakni Boots & Coots, kata Taufik, merupakan bentuk upaya PHE dalam melakukan kerja maksimal guna menyelesaikan kebocoran sumur.
"Segala upaya kita akan kerahkan untuk bisa percepat proses pemulihan minyak. Ada tenaga luar negeri benar, sudah kita komunikasikan apakah di dalam negeri sudah tidak tersedia. Sudah kita komunikasi di SKK sampai (Ditjen) Perhubungan Laut. Itu upaya yang bisa perbuat. Alhamdulilah semakin ke sini, kita bisa memulihkan yang di offshore agar dampak darat bisa minimal," lanjut Taufik.