REPUBLIKA.CO.ID, PALEMBANG -- Organisasi profesi Masyarakat Sejarawan Indonesia Provinsi Sumatera Selatan menyebut pernyataan budayawan Betawi Ridwan Saidi yang mengatakan Kerajaan Sriwijaya fiktif adalah 'ngawur', Pernyataan itu tidak dapat diterima.
"Jelas ngawur, sebuah temuan harus diuji oleh forum ilmuan sebidang agar ada pengakuan, tidak bisa asal berpendapat," kata Ketua Masyarakat Sejarawan Indonesia (MSI ) Sumsel sekaligus Dosen sejarah Universitas Sriwijaya (Unsri) Dr. Farida Wargadalem kepada Antara, Senin (26/8).
Sebelumnya tokoh Budayawan Betawi Ridwan Saidi atau akrab disapa Babe Ridwan dalam dua video di kanal Youtube menyebut Kerajaan Siriwjaya adalah fiktif dan dianggapnya sebagai sekelompok bajak laut.
Kedua video yang berisi pernyataan Ridwan Saidi tersebut diunggah oleh akun Macan Idealis, video pertama berdurasi 15 menit diunggah pada 23 Agustus 2019 dan telah ditonton sebanyak 222.284 kali, sedangkan video kedua berdurasi 20 menit diunggah pada 25 Agustus 2019 dan telah ditonton 81.626 kali.
Menurutnya, Ridwan Saidi tidak memiliki kapasitas untuk berpendapat mengenai keabsahan Kerajaan Sriwijaya karena ia bukan orang dengan bidang ilmu tersebut.
"Apakah setiap pendapat orang yang tidak jelas keahliannya menjadi sebuah pembenaran? Jika demikian maka tutup saja perguruan tinggi atau kajian-kajian khusus bidang sejarah," jelas Farida.
Ia berharap masyarakat tetap berpegang pada hasil kajian para arkeolog dan sejarawan yang telah menggali bukti-bukti sejarah serta tidak percaya begitu saja terhadap pernyataan tidak memiliki landasan ilmiah. Ini mengingat literasi sejarah masyarakat Indonesia masih rendah.
Sementara arkeolog dari Balai Arkeologi Sumsel, Retno Purwati, menegaskan Kerajaan Sriwijaya memiliki bukti peninggalan berupa 22 prasasti di Palembang. Salah satunya yang masih dapat dilihat yakni Prasasti Kedukan Bukit.
"Sriwijaya adalah Kerajaan Maritim terbesar yang berpindah-pindah, bukan berbentuk sebuah negara seperti yang banyak orang bayangkan dan sering membuat orang 'ngawur' saat mengatakan Sriwijaya itu tidak ada," demikian Retno.