Senin 26 Aug 2019 18:55 WIB

Belajar dari Kasus Siliwangi, IBL Lebih Selektif Terima Klub

Bogor Siliwangi hingga kini menyisakan polemik tunggakan gaji kepada para pemainnya.

Rep: Fitriyanto/ Red: Israr Itah
Dirut IBL Junas Miradiarsyah (kedua kiri).
Foto: Republika/Fitriyanto
Dirut IBL Junas Miradiarsyah (kedua kiri).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Utama Indonesian Basketball League (IBL) Junas Miradiarsyah mengatakan ada beberapa klub yang ingin ikut serta pada ajang kompetisi basket tertinggi di Tanah Air tersebut. Namun IBL akan lebih selektif untuk bisa memutuskan satu klub bisa diterima atau tidak, belajar dari kasus Bogor Siliwangi. Bogor Siliwangi hingga kini menyisakan polemik tunggakan gaji kepada para pemainnya.

Setelah Bogor Siliwangi dicabut lisensinya pada 21 Mei 2019, menyusul kepastian Stapac absen di kompetisi IBL 2019-2020, ada klub yang ingin mendaftar menjadi peserta IBL. Tapi, kata Junas, IBL tak mau gegabah.

Baca Juga

“Kita ingin jika ada klub baru, mereka harus bisa menjamin selain mengikuti kompetisi secara penuh, mereka juga mampu membayar gaji pemain dan pelatihnya secara penuh juga. Kami masih menunggu hingga September ini apakah akan ada tambahan klub baru atau tidak” kata Junas di Jakarta, Senin (26/8).

Bogor Siliwangi mengawali IBL musim lalu dengan baik, dua pebasket papan atas Kelly Purwanto dan Daniel Wenas mereka rekrut. Di bawah komando pelatih Ali Budimansyah dan sejumlah talenta muda berbakat. Tim yang memilih homebase di Bogor ini mengejutkan di seri pembuka dengan mengalahkan Stapac Jakarta. Itu menjadi satu-satunya kekalahan yang diderita Stapac sepanjang musim lalu.

Sejumlah tim papan atas juga berhasil dipecundangi Siliwangi. Namun permasalah mulai muncul pada bulan keempat, di mana klub mengalami kesulitan keuangan. Subsidi dari IBL tidak mampu memenuhi semua kebutuhan klub. Untuk membayar gaji pemain sudah mulai kesulitan. Bahkan tim harus menggunakan mobil pribadi dan menempuh jalan darat untuk mengikuti pertandingan di Surabaya.

Masalah tersebut ternyata terus berlangsung, gaji dan hak pemain tidak dibayarkan oleh Manajemen Bogor Siliwangi yang dikelola oleh PT Neosport Maung International. IBL pun kemudian mencabut lisensi Bogor Siliwangi.

Sebelum lisensi dicabut pada 21 Mei 2019, menurut Junas IBL sudah mengingatkan klub untuk memenuhi kewajiban pemain. Karena belum dipenuhi juga kewajiban tersebut, lisensi Siliwangi dicabut. 

Setelah itu, kata Junas, IBL mencari solusi bersama. "Liga punya tanggung jawab dengan menjembatani. Awal Agustus lalu ada pertemuan IBL dan Siliwangi. Disepakati PT Neosport akan selesaikan kewajiban, namun ternyata sampai saat ini belum juga diselesaikan,” ujar dia.

Selain masalah gaji, ada beberapa pemain Bogor Siliwangi yang mengundurkan diri. Ini harus diterima klub, karena masa depan pemain sangat penting.

Ke depan, menurut Junas, IBL harus mengetahui kontrak pemain dengan klub. IBL akan membantu agar kontrak pemain dan klub benar-benar dipahami oleh pemain. "Jadi jika ada masalah, semua berdasarkan perjanjian kontrak tersebut. Itu pula salah satu alasan klub harus berbadan hukum dalam bentuk Perseroan Terbatas (PT),” kata Junas.

 

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement