Senin 26 Aug 2019 22:11 WIB

Menlu Iran Temui Menlu Cina Bahas Unilatelarisme

Pertemuan dilakukan setelah Zarif bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Israr Itah
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif (tengah).
Foto: Jason Reed/Poo Photo via AP
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif (tengah).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif menggelar pertemuan dengan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Beijing pada Senin (26/8). Pertemuan dilakukan setelah Zarif bertemu dengan Presiden Prancis Emmanuel Macron di sela-sela KTT G7 di Biarritz, Prancis, Ahad (25/8), untuk membahas tentang kesepakatan nuklir 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA).

Dalam pidatonya, Zarif mengatakan, Cina dan Iran perlu bersatu dalam melawan unilateralisme, doktrin atau agenda apa pun yang mendukung tindakan sepihak. Menurut dia, unilateralisme sedang meningkat, di mana hukum internasional tidak lagi dihormati dan bahkan ditolak.

Baca Juga

"Pada kenyataannya penghinaan terhadap hukum internasional sedang meningkat dan kita perlu bekerja sama,” ujarnya.

Dia tak secara langsung menyinggung Amerika Serikat (AS) dalam pidatonya. Namun pernyataannya diyakini ditujukan kepada pemerintahan Presiden AS Donald Trump. Zarif mengatakan bahwa dalam pertemuannya dengan Wang, dia akan memberitahu tentang perkembangan terbaru perihal JCPOA setelah melakukan pembicaraan dengan Macron.

Dalam pidatonya, Wang pun mengamini pernyataan Zarif tentang meningkatnya unilateralisme. “Menghadapi situasi ini, Cina sebagai negara yang bertanggung jawab setuju bekerja dengan Iran dan negara-negara lain untuk bekerja bersama untuk multilateralisme, aturan dasar politik internasional serta menjunjung tinggi kepentingan yang sah dari masing-masing negara,” kata Wang.

Saat bertemu Macron, Zarif melakukan pembicaraan selama lebih dari tiga jam. Isu yang dibahas adalah tentang nasib JCPOA. “Jalan di depan sulit. Tapi patut dicoba,” kata Zarif melalui akun Twitter pribadinya seusai melakukan pembicaraan tersebut.

Sementara Macron mengatakan negara anggota G-7 menentang kepemilikan senjata nuklir oleh Iran. “Tidak ada anggota G-7 yang ingin Iran mendapatkan senjata nuklir dan yang kedua semua anggota G-7 sangat terikat pada stabilitas serta perdamaian di kawasan itu,” ujar Macron.

Dia menegaskan bahwa Prancis akan terus menjalin dialog dengan Iran dalam beberapa pekan mendatang. Tujuannya agar ketegangan dapat diredam.

Sejak awal Juli lalu, Iran mulai menangguhkan komitmennya dalam JCPOA. Hal itu merupakan upaya Teheran untuk menekan Eropa agar melindungi aktivitas perdagangannya dari sanksi AS. Washington diketahui telah keluar dari JCPOA tahun lalu.

Langkah pertama yang dilakukan Teheran adalah melakukan pengayaan uranium melampaui ketentuan yang ditetapkan JCPOA, yakni sebesar 3,67 persen. Iran mengklaim saat ini pengayaan uraniumnya telah mencapai lebih dari 4,5 persen. Teheran pun menyatakan siap untuk terus menangguhkan komitmennya dalam JCPOA.

sumber : AP
Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement