REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Social Distribution Program (SDP) Aksi Cepat Tanggap (ACT) Wahyu Novyan mengajak masyarakat untuk tidak abai pada kasus kekeringan yang melanda sejumlah daerah di Indonesia. Menurut Wahyu, kekeringan bisa berdampak pada kesehatan dan kesejahteraan masyarakat, bahkan hingga kehilangan generasi.
“Kalau seseorang sudah tidak punya air, maka dampak turunannya jadi berat. Dampaknya bisa ke air minum, kebutuhan makan, air bersih, kebutuhan untuk mandi, kebutuhan aktivitas, ibadah, solat, dan lain-lain,” terang Wahyu dilansir ACT di laman resminya, Senin (26/8).
ACT telah melakukan sejumlah aksi untuk meredam krisis air bersih akibat kekeringan kali ini. “Aksi utamanya tentu distribusi air bersih. Dari data yang kami kompilasi, ada sekitar 55 kabupaten juga kota yang kepala daerahnya sudah menyatakan darurat kekeringan,” lanjut Wahyu.
Salah satu wilayah kekeringan bahkan berada di wilayah yang tidak jauh dari Jakarta. “Kemarin saya dari Cibarusah (Kabupaten Bekasi), warga membeli air per tangki mulai dari 10 ribu rupiah. Mereka enggak punya air. Bahkan, menurut warga untuk buang air kecil saja airnya tidak ada. Itu harus jadi perhatian,” ungkap Wahyu.
Ia menambahkan, selain distribusi air bersih, masyarakat harus memerhatikan rencana jangka panjang dalam menuntaskan dampak kekeringan tersebut. Menurut Wahyu, ACT akan berikhtiar menggerakkan sektor wakaf, seperti pembuatan sumur wakaf dan sumur resapan.
“Tentunya kalau jangka panjang kita akan berdayakan sektor wakaf. Kita punya sumur wakaf, harus ada pendampingan masyarakat, sehingga masyarakat ada inisiatif kalau mereka tidak punya air, tau langkah apa yang harus dilakukan,” jelasnya.
Menurutnya, kondisi kekeringan tidak bisa dibiarkan, sebab lama-lama kesadaran masyarakat akan hilang dan lama-lama masalah kekeringan menjadi kronis. Salah satu wilayah kekeringan bahkan berada di wilayah yang tidak jauh dari Jakarta.