REPUBLIKA.CO.ID, HONG KONG -- Pemimpin Eksekutif Hong Kong Carrie Lam mengatakan ia telah bertemu dengan sekelompok orang muda termasuk beberapa yang ambil bagian dalam protes politik, Selasa (27/8). Lam menunjukkan dia enggan memenuhi tuntutan para pemrotes.
Lam membantah kritik pemerintahnya mengabaikan para pengunjuk rasa. Ia mengungkapkan, ini bukan masalah tidak menanggapi, namun itu terkait dengan tidak menerima tuntutan yang ada. Ia juga menolak pembicaraan tentang pengunduran dirinya.
Lam mengatakan kepada wartawan kepala eksekutif yang bertanggung jawab harus terus memegang benteng dan melakukan yang terbaik untuk memulihkan hukum serta ketertiban di Hong Kong. Protes pro-demokrasi terjadi di Hong Kong selama lebih dari dua bulan. Unjuk rasa kerap berakhir dengan bentrokan yang diwarnai gas air mata oleh polisi.
Adapun protes awalnya dimulai dengan Rancangan Undang Undang (RUU) ekstradisi yang sekarang ditangguhkan. Protes tersebut kini berkembang menjadi tuntutan untuk demokrasi yang lebih besar. Tuntutan demonstran termasuk penyelidikan independen perihal yang mereka gambarkan sebagai kebrutalan polisi, penarikan penuh RUU ekstradisi, pemimpin Hong Kong mundur, dan hak pilih universal.
Seruan yang lebih luas untuk demokrasi telah menjerumuskan Hong Kong ke dalam krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya. Ini merupakan tantangan langsung bagi para pemimpin Presiden China Xi Jinping. Para pengunjuk rasa menyatakan, mereka memerangi berkurangnya pengaturan satu negara dua sistem bagi Hong Kong, sejak diserahkan kembali dari pemerintahan Inggris ke China pada 1997.
CORRECTION Hong Kong Protests Leader
Image ID : 19239126589855
CORRECTS LAM'S QUOTE - Hong Kong Chief Executive Carrie Lam Listens to reporters' questions during a press conference in Hong Kong Tuesday, Aug. 27, 2019. Lam says she has met with a group of young people about ongoing pro-democracy protests, but she showed no sign of budging on any of the protesters' demands. ()