REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia menyatakan, laju pertumbuhan ekonomi nasional hingga penghujung 2019 masih bisa tumbuh di level 5 persen. Di tengah tantangan eksternal, ekonomi domestik masih akan ditopang oleh konsumsi dalam negeri yang masih cukup kuat.
Deputi Gubernur Senior BI, Destry Damayanti, mengatakan, hingga saat ini struktur ekonomi nasional masih didominasi oleh konsumsi masyarakat. Konsumsi menjadi lebih kuat akibat didorong dengan kemudahan dalam transaksi pembayaran saat ini.
Destry memprediksi, pertumbuhan konsumsi masyarakat hingga akhir tahun masih dapat tumbuh hingga di atas 5 persen. "Domestik kita kuat, UMKM kita banyak, kelas menengah terus tumbuh. Ini kelebihan yang tidak semua negara punya," kata Destry saat ditemui dalam UOB Economic Outlook 2020 di Ritz Carlton Jakarta, Rabu (28/8).
Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS) sepanjang kuartal II 2019, konsumsi rumah tangga tumbuh 5,17 persen. Laju pertumbuhan itu berada di atas angka pertumbuhan rata-rata ekonomi nasional sebesar 5,05 persen. Konsumsi rumah tangga berkontribusi hingga 55,79 persen terhadap total produk domestik bruto (PDB) nasional.
Menurut otoritas, sebetulnya pertumbuhan ekonomi kuartal II bisa tumbuh hingga 5,2 persen. Namun, hal itu terhambat akibat adanya tekanan eksternal yang tercermin dari pelemahan ekspor-impor dan berimbas pada defisit perdagangan.
"Pengaruh eksternal yang mendorong ekonomi kita agak ke bawah. Mau tidak mau pertumbuhan ke bawah tapi ditahan oleh domestik ekonomi kita," kata dia.
Karena itu, ia menuturkan, Bank Indonesia bersama seluruh pemangku kepentingan terus berupaya untuk mengoptimalkan ekonomi domestik, khususnya konsumsi. Sebab, untuk saat ini hanya konsumsi masyarakat yang bisa menjaga laju pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Salah satu dukungan otoritas moneter untuk mendorong konsumsi yakni dengan membuat sistem pembayaran terus menjadi lebih mudah. Dengan dukungan ekonomi digital, kata Destry, konsumsi masyarakat akan terus berkembang pesat.
Terbaru, BI meluncurkan kode respons cepat (Quic Response code/QR) standar Indonesia atau QRIS. Sistem tersebut dapat menerima seluruh tekfin pembayaran sehingga diharapkan transaksi pembayaran secara digital akan menjadi lebih mudah, aman, dan efisien.
Sementara, untuk aliran investasi sektor riil yang juga diharapkan mendorong perkonomian, Destry mengatakan hal itu di luar wilayah kerja BI. Namun, otoritas moneter terus bersinergi dengan lembaga-lembaga yerkait agar investasi ke depan bisa terus meningkat.
Destry mengatakan bahwa upaya peningkatan investasi akan terus ditempuh dengan kemudahan perizinan, insentif perpajakan, dan penyiapan likuiditas yang cukup baik dalam rupiah maupun dolar AS.