REPUBLIKA.CO.ID, BRASILIA -- Pemerintah Brasil menyatakan siap menerima bantuan dana asing untuk mengatasi kebakaran hutan Amazon. Namun, Brasil menghendaki dana itu dikelola total olehnya.
"Pemerintah Brasil, melalui presidennya, terbuka menerima dukungan keuangan dari organisasi dan negara. Uang ini, ketika masuk ke negara, akan dikelola total rakyat Brasil," kata juru bicara kepresidenan Brasil Rego Barros, Selasa (27/8).
Komentar Barros muncul setelah Gubernur Negara Bagian Maranhao Flávino Dino mengatakan kepada Presiden Brasil Jair Bolsonaro ia membutuhkan dana menangani kebakaran Amazon. "Kami berpikir ini bukan saatnya menolak uang. Retorika antilingkungan dapat membuat Brasil terkena sanksi internasional," kata Dino.
Sebelumnya, Bolsonaro memang menolak menerima bantuan dana dari negara anggota G-7 untuk mengatasi kebakaran Amazon. Dia tersinggung atas komentar Presiden Prancis Emmanuel Macron yang menyebutnya sebagai pembohong soal kebijakan perlindungan lingkungan.
"Pertama-tama Macron harus menarik hinaannya. Dia menyebut saya pembohong. Sebelum kita berbicara atau menerima apa pun dari Prancis, dia harus menarik kata-kata ini, maka kita dapat bicara," ujar Bolsonaro.
Jika Macron meminta maaf, Bolsonaro baru akan mempertimbangkan bantuan dana dari G-7. "Pertama, dia (Macron) menarik (ucapannya), lalu menawarkan (bantuan), kemudian saya akan menjawab," ucapnya.
Macron telah mengatakan Bolsonaro salah menafsirkan ucapannya. Namun, keterangannya tak mengubah sikap Bolsonaro.
Negara anggota G-7 menjanjikan dana bantuan sebesar 20 juta dolar AS kepada Brasil untuk menangani kebakaran Amazon. Namun, Brasil menolak tawaran tersebut.
“Kami menghargai (tawaran bantuan dana), tapi mungkin sumber daya itu lebih relevan untuk reboisasi Eropa,” ujar kepala staf kepresidenan Brasil Onyx Lorenzoni, Senin (26/8).
Kebakaran hutan Amazon di Brasil telah mencetak rekor. The National Institute for Space Research (Inpe) menyebut, kebakaran hutan di sana telah meningkat 83 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018.
Inpe mengatakan telah mendeteksi 72 ribu kebakaran di Amazon antara Januari dan Agustus. Itu merupakan jumlah tertinggi sejak pencatatan dimulai pada 2013.
Kebakaran itu tidak hanya di Brasil. Setidaknya 10 ribu kilometer persegi turut terbakar di Bolivia, dekat perbatasannya dengan Paraguay dan Brasil. Peru dan Kolombia telah meminta Bolsonaro menghadiri pertemuan pada 6 September mendatang untuk membahas bencana tersebut, termasuk upaya menyetop deforestasi.